Lahan Sayur Mayur di Kaki Gunung Slamet Rawan Longsor
Seorang petani sayuran sedang mengolah lahannya di kaki Gunung Slamet Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto
TRIBUNJATENG.COM,BREBES - Musim penghujan ini, sejumlah daerah di pegunungan Kabupaten Brebes rawan longsor.
Badan Penanggulangan Kabupaten Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes mengatakan daerah Brebes bagian selatan rentan longsor. Antara lain di Kecamatan Sirampog, Paguyangan, Salem, dan Bantarkawung.
Daerah di Brebes selatan itu rata- rata merupakan dataran tinggi.
Namun, upaya pencegahan longsor terkendala kultur masyarakat setempat. Apa artinya?
Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Barat sebagai pengelola kawasan hutan di Brebes selatan yang merupakan daerah pegunungan terus berkoordinasi dengan BPBD untuk upaya pencegahan bencana.
Pencegahan bencana tanah longsor dan pohon ambruk misalnya.
"Di areal tinggi, dengan kemiringan tertentu, masyarakat lebih memilih menanam sayuran dan hortikultura," kata Administratur (Adm) KPH Pekalongan Barat, Setiawan, Sabtu (11/11/2017).
Padahal, kata dia, tanah di areal tinggi lebih baik ditanami tanaman keras dan produktif yang akarnya dapat menahan tanah sebagai upaya pencegahan bencana longsor.
"Lihat di (Kecamatan) Sirampog dan Paguyangan, tanah miring sampai puncak ditanami sayur semua. Daerah itu terletak di kaki Gunung Slamet. Tegakannya (kelompok pohon dengan spesies tertentu) sudah habis," jelasnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan masyarakat itu merupakan ilegal planting karena menggunakan tanah Perhutani.
Ada sebanyak 800 hektare tanah yang digunakan untuk tanaman pertanian komoditas unggulan, bukan tanaman keras untuk mencegah bencana.
"Ini karena sudah menjadi kultur, sudah mengakar sejak lama. Boleh saja, masyarakat menanam di tanah Perhutani itu, namun harus dengan pola konservatif, jangan ekonomi," ujarnya.
Yang dimaksud dengan pola konservatif, kata dia, yakni harus mengikuti kaidah kehutanan. Paling tidak ada tanaman keras semisal kopi, pinus, atau kapulaga.
"Jadi, dalam satu areal tanah miring, jangan sayur semua. Harus berlapis, misalnya paling atas pinus, kemudian bawahnya tanaman kopi, kapulaga dan baru sayuran. Jangan monokultur, itu akan merusak lahan," ucap Setiawan.