Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

MAHAL, Harga Tanah di Semarang Timur Rata-rata Naik Jadi Rp 4,8 Juta Per Meter

"Kota yang memiliki jumlah penduduk yang padat memang lebih sesuai untuk hunian vertikal.

Penulis: raka f pujangga | Editor: iswidodo
google.map
semarang city map 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Keterbatasan lahan menarik sejumlah pengembang untuk ‎mendorong pembangunan hunian vertikal di Kota Semarang.

Wakil Ketua Bidang Diklat DPD REI Jateng‎,‎ Hermawan Mardiyanto mengatakan, pertumbuhan apartemen atau rumah susun berkembang pesat karena keterbatasan lahan.

"Mencari lahan itu sekarang sulit dengan harga yang sesuai, sehingga pengembang mulai membangun hunian vertikal," jelas dia, Minggu (12/11).

Kendati demikian, diakuinya tak banyak pengembang yang menyadari 'aturan main' pembangunan hunian vertikal. "Makanya ‎kami juga melihat pengembang hunian vertikal jangan hanya mengejar tinggi saja untuk mendapatkan banyak konsumen," ujarnya.

Menurutnya, pengembangan perumahan (landed house) ke depannya akan semakin ditinggalkan ‎di tengah tingginya harga tanah di Kota Semarang. "‎Memang tidak semua masyarakat bisa menerima pembangunan vertikal, meski sebenarnya potensi pasarnya masih bagus," katanya.

Hal itu nampak dari beberapa kemunculan apartemen yang dinilai cukup diminati karena berada di Tembalang. ‎"Lokasinya yang strategis di Tembalang dan pengembang juga dari BUMN peminatnya cukup besar," ucap dia.

DPD REI Jateng juga berencana untuk menggelar Diklat Rencana Pembangunan dan Pengelolaan Apartemen dan Rumah Susun pada 14-16 Desember 2017 di Semarang.

"‎Pesertanya yang sudah mendaftar saat ini ada 50 orang dan targernya bisa diikuti sedikitnya 100 orang peserta," jelasnya.

Satu di antara pengembang yang masif mendirikan dua apartemennya di Semarang yakni PT PP Property dengan membangun Amarta View dan The Alton.

Project Director PT PP Properti , Siswady Djamaluddin mengatakan, pihaknya menginvestasikan sedikitnya Rp 1,5 triliun untuk pembangunan dua apartemen tersebut.

"Kota yang memiliki jumlah penduduk yang padat memang lebih sesuai untuk hunian vertikal. Terlebih kami juga menyasar di segmen kelas menengah," ujar dia.

Sehingga pihaknya optimistis mengembangkan apartemen di Kota Lumpia tersebut, karena potensi pasarnya yang masih besar. Saat ini pihaknya juga akan mengembangkan bisnis apartemen pada 2018 mendatang dengan nilai investasi yang cukup besar hingga Rp 1 triliun.

Rencananya kawasan apartemen tersebut akan dibangun di daerah Jalan Setiabudi Semarang‎, dan saat ini masih dalam proses desain. Konsep apartemen yang dibangun adalah lifestyle, karena melihat antusiasme masyarakat yang tinggi atas kehadiran Transmart.

"Sebelum proyek dimulai biasanya kami melakukan penjajakan terlebih dulu," ucap Siswady.

Sementara itu, pertumbuhan apartemen juga dipicu harga tanah pada pasar sekunder di Kota Semarang tercatat mengalami kenaikan.

Harga tanah di pasar sekunder tumbuh sebesar 0,45 persen pada triwulan III-2017 dibandingkan triwulan sebelumnya atau naik 1,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Kenaikan harga tanah yang terjadi di Kota Semarang, lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga properti," jelas Kepala ‎Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Ban‎k Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra.

‎Dia memberikan gambaran, harga properti residensial di pasar sekunder untuk Kota Semarang pada triwulan III 2017 tercatat hanya mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,22 persen
dibandingkan triwulan sebelumnya atau 0,14 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

"Terdapat beberapa properti dengan harga penawaran turun, agar lebih cepat terjadinya transaksi jual beli properti," jelasnya.

Adapun kenaikan harga tanah tertinggi secara triwulanan terjadi di wilayah Semarang Selatan sebesar 0,96 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Saat ini, rata-rata harga tanah di Semarang Selatan mencapai sekitar Rp 4.530.290 per meter persegi.

‎Sementara kenaikan tertinggi secara tahunan terjadi di wilayah Semarang Timur sebesar 3,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Rata-rata harga tanah di Semarang Timur saat ini telah mencapai Rp 4.811.490‎ per meter persegi.

"Kondisi perekonomian nasional yang belum sepenuhnya pulih masih berpengaruh terhadap kondisi properti di Kota Semarang yang cenderung masih stagnan," ujar dia. (tribunjateng/cetak/raf)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved