UNIK, Tiga Mahasiswa Pembobol 600 Situs Itu Ternyata Punya Prestasi Bagus

Mereka Tidak aktif di organisasi intrakampus. Prestasinya lumayan baik, indeksnya IPK rata-rata 3

Editor: iswidodo
UNIK, Tiga Mahasiswa Pembobol 600 Situs Itu Ternyata Punya Prestasi Bagus
tribunjateng/dok
Ilustrasi Hacker

TRIBUNJATENG.COM, SURABAYA - Tiga anggota Surabaya Black Hat (SBH), yang tertangkap oleh Polda Metro Jaya dan Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat atau FBI, rupanya kuliah di jurusan dan angkatan yang sama di Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. Ketiganya merupakan mahasiswa jenjang S-1 di Jurusan Sistem Informasi angkatan 2015.

"NA, ATP, dan KPS adalah mahasiswa angkatan 2015. Mereka juga satu jurusan, yakni Jurusan S1 Sistem Informasi," kata staf Humas Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Sugiharto Adhi Cahyono, Senin (19/3).

Ketiganya, ujar Sugiharto, juga tidak memiliki catatan negatif di kampus. "(Mereka) Tidak aktif di organisasi intrakampus. Prestasinya lumayan baik, indeksnya (Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK) rata-rata 3," ucapnya.

Pihak kampus, tutur dia, merasa prihatin atas adanya tiga mahasiswa yang terlibat aksi kriminal meretas ratusan situs web di dalam dan luar negeri untuk kepentingan tertentu. Namun, pihak kampus membantah jika mengajari ketiganya mengenai aksi kriminal. Dalam salah satu mata kuliah, kata Sugiharto, memang diajarkan tentang keamanan jaringan komputer.

"Namun, tentu saja sifatnya tidak disalahgunakan untuk kepentingan atau tindak kriminal, seperti hacking, cracking, deface, carding, dan aktivitas negatif lainnya," jelasnya.

Pihak kampus, ucap Sugiharto, memakai pendekatan asas praduga tidak bersalah dan menunggu proses hukum yang dijalani ketiganya di kepolisian. "Tindakan kampus baru akan dikenakan jika ketiganya sudah selesai diproses di kepolisian," terangnya.

Pihaknya berharap publik melihat secara jernih atas kasus tersebut bahwa karakter pendidikan seseorang dipengaruhi dari banyak faktor, bukan hanya dari sisi pendidikannya. "Keluarga, masyarakat, struktur sosial, media, bahkan pemerintah juga ikut berperan," tutur Sugiharto.

Pekan lalu, ketiganya diamankan jajaran Polda Metro Jaya dan tim dari FBI di Surabaya.

Ketiganya diduga terlibat aksi pembobolan dokumen elektronik. Ada ratusan situs web yang pernah dibobol, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Seperti yang diketahui Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, tiga peretas 600 situs di 40 negara ternyata mahasiswa IT di salah satu kampus di Surabaya, Jawa Timur. Mereka mendapat julukan "Surabaya Black Hat".

Gandeng Interpol

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan Polri membentuk dua tim dalam pengusutan jaringan peretas Surabaya Black Hat. Salah satu tim nantinya terus melakukan pengembangan lebih lanjut bersama Federal Bureau Investigation (FBI) Amerika Serikat dan Interpol.

"Ini buat dua tim, satu tim untuk proses yang sudah ada, satu tim untuk mengembangkan. Ini bekerja sama dengan FBI dan Interpol untuk mengembangkan kasus," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Senin kemarin.

Setyo mengatakan, Polri tak menutup kemungkinan akan adanya tersangka baru dalam pengembangan kelompok peretas ini. "Tersangka lain tidak menutup kemungkinan karena masih pengembangan. Yang sudah ada kita proses dulu. Yang lain tunggu perkembangan kalau memenuhi unsur untuk diproses kita proses," ujarnya.

Setyo mengakui bahwa pihaknya terus menyesuaikan diri terhadap kejahatan siber yang semakin memanfaatkan teknologi canggih. Sebab, kerapkali jaringan hacker bisa membobol sistem pertahanan dan keamanan ratusan web maupun akun. "Sehingga, kita juga mengantisipasi mengikuti perkembangan teknologi," ujarnya. (Tribunjateng/cetak/kps/Surya)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved