Pilih Bisa Orgasme atau Uang Rp 40 Miliar? Hal Ini Harus Dialami Wanita Ini
Ibu dua anak itu bercerita, dirinya terbiasa menikmati hubungan seksual secara teratur sejak usia 16 tahun.
Hanya saja, saat itu ia sudah curiga menderita cauda equine syndrome.
Penyakit itu menyebabkan saraf-saraf di punggung bawah menjadi tertekan dan dapat menyebabkan kehilangan sensasi rasa, tarak, dan kelumpuhan bila tidak segera diobati.
Wanita itu seharusnya segera menjalani pindai MRI yang bisa merujuk pada diagnosanya.
“Aku akhirnya dirujuk untuk MRI pada Februari 20111, setelah aku memohon pada dokter. Aku tahu ada sesuatu yang salah karena aku begitu kesakitan,” kata Ginny lagi.
Hasil pindai MRI memperlihatkan ada pergeseran sendi yang menekan saraf punggung belakang Ginny.
Meskipun demikian, ia percaya bahwa ini adalah salah laporan karena ia tidak dikirim ke bagian bedah untuk dioperasi.
Hingga pada satu titik pengobatannya berubah pada Agustus 2011 ketika Ginny datang ke dokter setelah ia tidak bisa pipis selama lebih dari 24 jam.
Ia ingat saat itu sedang nonton televisi di ruang tunggu dan ia pikir ingin ke kamar mandi.
Ia duduk di toilet tetapi benar-benar tidak bisa, seberapa keras ia berusaha, pipisnya tidak keluar.
Dokter pun melakukan tes perasa, tetapi Ginny tidak bisa merasakan apapun.
Oleh dokter itu, Ginny diberi catatan dan dikirim kembali ke rumah sakit, dimana ia dikirim ke bangsal ortopedik.
Catatan itu menyebutkan kalau ia terkena cauda equine syndrome.
Saat di rumah sakit NNUH ia diminta duduk dan menunggu, tetapi kandung kemih dan perutnya terasa begitu penuh, sehingga keluar sendiri.
Di depan pasien lainnya Ginny pipis tidak terkontrol sebanyak seliter sehingga dipanggilkan perawat.
Saat itu dirinya begitu ketakutan, padahal ia adalah seorang wanita yang kuat.