Libur Lebaran

Njagong Bareng, Cara Seniman Jepara Gelar Halalbihalal

Dimulai dari pelatihan membuat wayang rotan, mendalang bagi anak-anak hingga berdialog warga, pemuda dengan pemerintah desa.

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: iswidodo
tribunjateng/Rifqi Gozali
Njagong Bareng oleh sejumlah seniman dalam helatan halalbihalal di Desa Kalipucang Wetan, Welahan, Jepara, Minggu 24 Juni 2018 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rifqi Gozali

TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Halalbihalal menjadi tradisi masyarakat sebagai ajang saling bertemu, silaturahmi, dan saling memaafkan. Ajang ini dilaksanakan saat momen lebaran.

Namun ada yang berbeda saat halalbihalal dihelat oleh sejumlah seniman di Desa Kalipucang Wetan, Kecamatan Welahan, Jepara.

Halalbihalal tersebut berlangsung selama dua hari.

Dimulai dari pelatihan membuat wayang rotan, mendalang bagi anak-anak hingga berdialog warga, pemuda dengan pemerintah desa.

Njagong Bareng oleh sejumlah seniman dalam helatan halalbihalal di Desa Kalipucang Wetan, Welahan, Jepara, Minggu 24 Juni 2018
Njagong Bareng oleh sejumlah seniman dalam helatan halalbihalal di Desa Kalipucang Wetan, Welahan, Jepara, Minggu 24 Juni 2018 (tribunjateng/Rifqi Gozali)

Hari kedua disambung dengan kegiatan hiburan diantaranya musik warna-warni, pentas wayang rotan dari Komunitas Pojok Kidul dan dipungkasi Njagong Budaya Padang Mbulan.

Dalam Njagong Budaya, seniman dan budayawan saling "ngudo roso" membaca kondisi Jepara.
Lebih guyub, di sesi acara tersebut juga dihadiri seniman dari Semarang dan sejumlah daerah lain.

"Kami mencoba memanfaatkan momen halal bi halal untuk tukar pikiran. Bahkan bukan hanya bagi kalangan orang dewasa atau tua, tapi juga anak-anak. Sehingga dibuat rangkaian acara selama dua hari," kata Abdul Majid, anggota Komunitas Pojok Kidul, Minggu (24/6/2018).

Dia menambahkan, kegiatan tersebut dilaksanakan atas inisiatif Komunitas Pojok Kidul dan Rumah Aksara Wilis Bersaudara kerja bareng Ikatan Pemuda Rukem.

"Kami juga didukung oleh masyarakat, pemerintah desa dan seniman Jepara," katanya.

Seorang budayawan, Dalono berkata bahwa masyarakat terutama kalangan muda sudah mulai bangkit menghidupkan budaya Jawa. Salah satunya adalah 'njagong bareng'.

Di era serba-digital ini masyarakat dijejali oleh kemudahan dalam menjalin komunikasi. Tentu taksedikit mereka terlena hingga akhirnya terjebak dalam kungkungan digitalisasi zaman. Sampai akhirnya kearifan lokal 'njagong bareng', saling bertegur sapa, menjalin hangatnya komunikasi tanpa medium, misalnya gawai, luntur.

Dalam 'njagong bareng' terdapat banyak sisi positif. Selain bisa menjadi ajang saling bertukar pikiran, juga bisa menjadi ajanh mencari solusi dalam menghadapi persoalan.

"Budaya njagong seperti ini yang punya orang-orang tua kita. Sehingga njagong seperti ini dapat bersilaturahmi, saling belajar," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved