Apakah Embun Es di Dieng terkait Fenomena Aphelion? Ini Penjelasan BMKG
Kemunculan embun es (bun upas) di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah, kemarin, Kamis (6/7), membuat publik heboh.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: Catur waskito Edy
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Kemunculan embun es (bun upas) di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah, kemarin, Kamis (6/7), membuat publik heboh.
Meskipun, bagi warga Dieng, fenomena itu dianggap biasa lantaran rutin terjadi di setiap puncak musim kemarau.
Di saat yang sama, ramai tersiar kabar suhu udara di wilayah Indonesia akan mengalami penurunan drastis akibat fenomena aphelion pada hari Kamis, (6/7).
Tak ayal, ada yang mengaitkan suhu udara dingin hingga memicu embun beku di Dieng dengan fenomena aphelion sehingga menimbulkan pertanyaan di masyarakat.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, dalam rilisnya menjelaskan, fenomena suhu dingin malam hari dan embun beku di lereng pegunungan Dieng lebih disebabkan kondisi meteorologis dan musim kemarau yang saat ini tengah berlangsung.
Saat puncak kemarau, umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Pada kondisi demikian, jelas Herizal, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa.
Inilah yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan.
Selain itu, kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.
Di puncak kemarau saat ini, beberapa tempat yang berada pada ketinggian di Jawa, terutama di daerah pegunungan, berpeluang mengalami kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 derajat Celsius.
Sebabnya, molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang dari pada dataran rendah sehingga sangat cepat mengalami pendinginan. Terebih pada saat cuaca cerah tidak tertutup awan atau hujan.
Uap air di udara akan mengalami kondensasi pada malam hari, kemudian mengembun untuk menempel jatuh di tanah, dedaunan atau rumput.
Air embun yang menempel di pucuk daun atau rumput akan segera membeku karena suhu udara yang sangat dingin, ketika mencapai minus atau nol derajat.
"Di Indonesia, beberapa tempat pernah dilaporkan mengalami fenomena ini, yaitu daerah dataran tinggi Dieng, Gunung Semeru dan pegunungan Jayawijaya, Papua", tambah Herizal.