Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Pemecah Batu, Sudah Jalani Puluhan Tahun Demi Sesuap Nasi

Namun, berbeda dengan para pemecah batu di Jalan Raya Meteseh, Tembalang, Semarang.

Penulis: Restu Trisna Wardani | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/RESTU TRISNA
Alimah sedang memecah batu di pinggir Jalan Raya Meteseh, Tembalang, Semarang (3/8) sore. 

"Gak capek kok sudah kerjaannya, jadi sudah biasa. Lagian kerja seperti ini kan bebas. Berangkat bisa kapan aja terserah. Mau berangkat ya dapat uang, gak berangkat ya gak dapat uang," ucapnya sambil tersenyum.

Perempuan yang bertempat tinggal di RT 1 RW 9 Desa Tunggu, Meteseh, Semarang ini mengatakan, berangkat dan pulang bekerja tidak pasti waktunya.

"Kadang berangkat bisa jam 7 pagi atau paling telat ya jam 9 pagi. Pulang juga gitu, kadang jam 4 sore paling cepet atau bahkan sampai jam 6 sore baru pulang," terangnya.

Alimah menuturkan, penghasilannya tiap hari tak pasti.

"Bahkan pernah seminggu tak mendapatkan uang," paparnya.

Ia mengatakan, ada sembilan orang ditempat itu yang menjalani profesi sebagai pemecah batu sepertinya.

Proses transaksi jual beli yang dilakukan pembeli kepada para pemecah batu.

"Pembeli yang datang biasanya membawa mobil bak terbuka sendiri. Kalo pembayarannya pakai girik," ucap Alimah.

Nah, setelah Tribun Jateng menunggu sampai datangnya pembeli, ternyata yang dimaksudkan girik itu adalah ban bekas yang digunting menjadi lembaran persegi panjang.

Jadi setiap pemecah batu akan menakar batu yang telah dipecahnya dengan keranjang kecil. Keranjang tersebut kemudian dibawa ke mobil bak terbuka si pembeli.

Keranjang yang telah kosong itu selanjutnya diisi dengan girik oleh pembeli. Dan hal itu dilakukan sampai mobil bak terisi penuh.

"Jadi sistemnya, siapa yang paling banyak punya batu pasti akan mendapatkan girik paling banyak pula. Lalu girik itu ditukarkan dengan uang kepada pembeli. Satu girik dihargai Rp 1.500," papar Alimah.

Ia mengatakan, untuk menambah penghasilan ia tidak hanya menjual batu yang sudah dipecah. Namun, ia juga menjual batu yang masih utuh.

"Batu tersebut harus dipilih dulu, yang bagus-bagus dipisahkan. Seperti yang bentuknya bulat itu satu keranjang dijual Rp 20 ribu. Yang bentuknya gepeng juga sama dijual Rp 20 ribu per keranjang," ujar Alimah.

Alimah menerangkan, batu-batu yang seperti itu biasanya untuk hiasan.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved