Kisah Pemecah Batu, Sudah Jalani Puluhan Tahun Demi Sesuap Nasi
Namun, berbeda dengan para pemecah batu di Jalan Raya Meteseh, Tembalang, Semarang.
Penulis: Restu Trisna Wardani | Editor: galih permadi
"Jadi wajar jika lebih mahal," imbuhnya.
Ia juga menceritakan, pernah dapat bantuan dari beberapa acara di stasiun televisi. "Ya pernah waktu itu terakhir dapat Rp 1,5 juta," imbuhnya lagi.
Mustopiah, yang juga pemecah batu mengatakan, juga pernah dapat uang dari stasiun televisi.
"Waktu itu saya dapat Rp 2 juta," katanya sambil tertawa.
Perempuan setengah baya asli Semarang ini juga kurang lebih sudah 25 tahun menjalani profesi sebagai pemecah batu.
"Tapi saya lupa tepatnya. Pokoknya saya jadi tukang pecah batu itu dari muda sampai sekarang udah punya anak enam dan cucu lima," jelasnya sambil tertawa.
Nuryati, pemecah batu juga mengatakan, ia telah lebih dari 20 tahun menjalani profesi ini. Ketika ditanya sekarang sudah umur berapa, "Mungkin 18 tahun sekarang," katanya sambil bergurau.
Perempuan yang telah memiliki lima orang anak ini juga mengatakan, penghasilan yang ia dapat tidak pasti. "Ya kalo lagi dapet rezeki bisa dapet banyak," katanya.
Slamet Mulyono, seorang pembeli batu mengatakan, membeli batu disini lebih murah dibandingkan jika membeli di toko bangunan.
"Seumpama satu bak penuh di toko bangunan sampai Rp 300 ribu. Disini cukup bayar Rp 150 ribu," jelasnya saat membeli batu dari para pemecah batu*)