Gempa Donggala
KESAKSIAN Warga Lihat Detik-detik Kampung Petobo Ambles Ditelan Bumi Saat Gempa Susulan
KESAKSIAN Warga Lihat Detik-detik Kampung Petobo Ambles Ditelan Bumi Saat Gempa Susulan
TRIBUNJATENG.COM, PALU - Indonesia berduka. Gempa Donggala 7,4 SR meluluhlantakkan Palu yang tersapu tsunami, hari Jumat sore, 28 September 2018. Hari pertama waktu itu BNPB mengabarkan baru ada laporan satu orang meninggal dunia, dan beberapa bangunan rusak.
Hari kedua sudah terverifikasi banyaknya korban jiwa, komuniksi putus, listrik padam, video gempa, tsunami, tanah gerak dan gelombang tinggi menyapu pantai Sigi di Kota Palu.
Korban ditemukan sudah 342 orang dan ratusan luka berat. Hari ketiga proses evakuasi di lapangan, menemukan banyak fakta bahwa ada ratusan orang tertimbun gedung runtuh belum bisa dievakuasi. Korban meninggal sudah ditemukan ada 832 orang.
Tanggal 1 Oktober makin heboh adanya video viral bahwa dua kampung rata dengan tanah. Yaitu perkampungan di kelurahan Balaroa dan Kelurahan Petobo di Palu Sulawesi Tengah. Korban gempa tercatat 844 orang meninggal dunia. Dan masih banyak korban belum ditemukan.
Ada kesaksian relawan yang mengharukan.
Adalah Dr Eka Erwansyah, dosen kedokteran Unhas Makassar anggota tim relawan Unhas berada di lokasi untuk evakuasi.
Berikut penuturannya:
Bencana Palu dalam pandangan saya bukan hanya Bencana Luar biasa, tapi Sungguh Sangat Luar Biasa.
Biasanya dalam bencana hanya ada 1 atau 2 hal yang mengancam nyawa yaitu gempa saja, atau gempa dan tsunami. Sedangkan gempa di Sulawesi Tengah ada tiga yang menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yaitu
1. GEMPA (banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan)
2. TSUNAMI (sekitar 1000 org di sekitar pantai sedang persiapan Festival Nomini) tersapu oleh tsunami.
3. LUMPUR. (Ada perkampungan yang hilang akibat lumpur menyembur dari dalam bumi dan dalam sekejap menenggelamkan 1 perkampungan. Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup-hidup.
Ada juga sekitar 200 siswa SMA sedang kemah juga terkubur dalam lumpur yg tiba-tiba menyembur dan menimbun mereka.
Kebetulan Saya dan Teman-teman yang tergabung dalam Tim DVI Unhas sudah berada di lokasi sejak kemarin pagi.
Kampung yang hilang itu Kampung Petobo, daerah Sigi, Palu.
Kemarin saat menghimpun data ante mortem korban, saya tidak kuasa menahan tangis.
Seorang Bapak melaporkan anaknya hilang. Dia curhat. Ketika itu antarkan anaknya mengaji..
Rumahnya dan rumah tempat mengaji hanya dipisahkan oleh jembatan..
Begitu anaknya didrop, dia balik ke rumahnya..
Baru mau masuk ke rumah tiba-tiba mendengar bunyi #Buumm..
Dia balik badan dan hanya melihat hamparan tanah kosong berlumpur.. kemana perginya rumah2 satu perkampungan??? Hanya dlm hitungan detik..
Rumah-rumah berjalan dan tanah terbelah
Sering saya rasakan gempa, tapi kali ini berbeda.
Akibat gempa beberapa ruas tanah Kel. Petobo, Kec. Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, bergeser ratusan meter, beberapa rumah daerah perumnas tenggelam ambles tertelan tanah sekitar 5 meter, dan ada gundukan besar setinggi rumah tiba-tiba muncul dan terjadi begitu saja.
Banyak rumah BTN Petobo hancur, berpindah posisi dan tertelan tanah.
Mohon maaf saya menulis, bukan berkeluh kesah, tapi jiwa menulis saya memaksa untuk itu. Setidaknya jika terjadi gempa susulan dan waktu saya telah tiba, biarlah ini jadi update terakhir dari saya.
Saya sulit percaya, ilmu alam saya tak sampai di tingkat ini.
Ini fenomena alam langka bagi saya.
Hujan sangat deras, malam tadi (30/9) saat gempa susulan, tanah di Kelurahan Petobo terbelah, beberapa rumah tenggelam dan berjalan terguling seperti terseret banjir sejauh puluhan meter.
Beberapa rumah berpindah posisi.
Saya yakin setelah ini BPN kesulitan mematok tanah sesuai sertifikat.
Ada gadis remaja sedang mengendarai motor di daerah Petobo, tiba-tiba tanah terbelah, ia teggelam dalam tanah tertimbun sampai bagian leher, beruntung warga segera menolong.
Tanah terbelah dan ambruk lumayan lebar, sekitar 10 meter dengan kedalaman sekitar 5 meter.
Setelah gempa susulan lagi, tertimbun lagi menjadi rata.
Rumah paman saya di sekitar Islamic Center Kel. Petobo hilang tak berbekas.
Paman saya masih melihat rumahnya berjalan sendiri.
Yang mengherankan, tiba-tiba paman saya sudah berada di dekat Terminal Petobo yang jaraknya hampir 1 kilometer.
Padahal dia hanya tiarap.
Saya sering baca artikel tentang gempa, namun keanehan ini di luar batas pikiran saya.
Kira-kira Anda tiarap berlindung di halaman rumah, rumah berjalan, tiba-tiba kita sudah berada di tempat lain.
Tapi itulah adanya.
Malam ini di RS. Bhayangkara Palu, lebih 700 mayat sudah dikumpulkan, masih ada ratusan lagi tertimbun reruntuhan dan lumpur.
Kehilangan kerabat ternyata menyakitkan.
Banyak kawan saya meninggal dunia, lainnya masih belum ditemukan termasuk keponakan saya.
Hujan malam ini cukup deras disertai angin kencang.
Semoga hari ini belum kiamat, bukan hari akhir bagi kami.
Jika ini adalah takdir akhir bagi kami, izinkan saya memohon maaf sebesar-besarnya, atas segala canda atau apa saja yang tidak berkenan di hati seluruh keluarga, sahabat, rekan bisnis dan teman-teman.
Wassalam
Heri Mulyadi seperti dituturkan Imran Fahrudin, salah satu warga korban gempa dan tsunami Palu Donggala.