LIPUTAN KHUSUS: Tour Guide dan Geliat Desa Wisata di Jateng Tumbuhkan Kemandirian Ekonomi Warga
Pengelolaan potensi wisata berbagai desa di Jateng memacu kreativitas dan geliat roda ekonomi masyarakat setempat.
Selain itu, dia menambahkan, secara bertahap pihanya membangun warung apung dan gedung serba guna pada 2015-2017.
"Pada 2016 kami adakan kirab wisata, dan deklarasi menjadi desa wisata, setelah sebelumnya kami banyak belajar dari berbagai desa wisata yang telah eksis di berbagai daerah di Indonesia. Waktu itu dananya ya dari swadaya dan kantong pribadi," jelasnya.
Kini, Sujarwo berujar, Dasun telah bergerak maju. Usai deklarasi menjadi desa wisata pada akhir 2016, pada tahun selanjutnya secara resmi terbentuk Pokdarwis Pesona Bahari.
Selain itu, terdapat kelompok Dasun Rahayu, kumpulan para pengusaha muda yang memasok berbagai produk untuk menunjang geliat pariwisata di Dasun.
Selain itu, dia menambahkan, telah berdiri Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang total mempunyai 23 karyawan. BUMDes Karya Bahari Dasun saat ini mempunyai tiga unit usaha, yaitu pengelolaan RTH, Warung Apung, dan Gedung Serba Guna.
"Dari semula penghasilan asli desa (PAD) kami sangat minim, bahkan kadang nol rupiah karena hanya mengandalkan hasil garam, kini minimal bisa meraih Rp 10 juta/bulan," tuturnya.
Meski demikian, Sujarwo mengungkapkan, perhatian dan pembinaan dari Pemkab Rembang dinilai belum maksimal. Beberapa program untuk menunjang aktivitas desa wisata yang telah diajukan hingga kini belum terealisasi.
"Ada beberapa titik gunungan sampah di sepanjang Sungai Lasem yang bisa membuat kurang nyaman para wisatawan saat susur sungai. Kami butuh itu segera ditangani, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda direalisasikan," ucapnya.
Selain itu, Sujarwo berujar, Dasun mempunyai garis pantai sepanjang 3,6 kilometer yang belum bisa dimaksimalkan. Hal itu karena akses jalan sepanjang kurang lebih 1,5 kilometer menuju pantai masih belum layak dilalui.
Di wilayah itu hanya terdapat akses jalan setapak menuju pantai, sehingga tak dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih.
"Sudah kami ajukan, tapi juga belum ada tanda-tanda untuk direalisasikan. Padahal, akses jalan itu sangat penting, agar potensi pantai bisa digarap," terangnya.
Magnet ekonomi
Terpisah, Sekretaris Desa atau Carik Dasun, Exsan Ali Setyonugroho mengemukakan, selain berbagai potensi wisata yang ada, RTH juga menjadi magnet ekonomi baru bagi warga sekitar. Saat ini, RTH sudah menjadi semacam 'alun-alun kedua' bagi warga Lasem.
"Jika sore menjelang petang, banyak masyarakat yang menjadikan RTH sebagai tempat berkumpul, rekreasi kecil-kecilan bagi warga sekitar," bebernya.
Tak heran, menurut dia, hal itu kemudian dimanfaatkan warga untuk menggelar berbagai dagangan. Pun persewaan beberapa wahana permainan anak-anak juga turut tumbuh, seperti mandi bola.
"Ada sekitar 20 pedagang dan juga pengelola wahana permainan. Dari aktivitas itu, mereka bisa mendapatkan Rp 300.000 dalam sehari. Geliat ekonomi dari eksistensi desa wisata saat ini sungguh signifikan dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya," terangnya.
Exsan mengatakan, para muda-mudi yang menjadi karyawan BUMDes pun saat ini bisa mendapat penghasilan cukup layak. Mereka digaji di atas upah minimum kabupaten (UMK) Rembang. Sebagai gambaran, UMK Rembang 2018 berada di angka Rp 1,53 juta/bulan.
"Dulu, mendapat upah atau penghasilan setara UMK saja masyarakat di sini sudah bersyukur," ujar alumni Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini.
Ketua Pokdarwis Pesona Bahari Dasun, Joko Supeno mengakui, awalnya banyak warga setempat yang memandang sebelah mata usaha mengoptimalkan potensi wisata yang ada di desa setempat.