Korban Gempa Tsunami Palu Asal Batang Bersyukur Diberi Kesempatan Pulang ke Kampung Halaman
Senyum lebar terlihat di wajah Tarno (42) warga Desa Sukomangli Kecamatan Reban, saat menginjakkan kaki di halaman Rumah Dinas Bupati Batang
Penulis: dina indriani | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Budi Susanto
TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Senyum lebar terlihat di wajah Tarno (42) warga Desa Sukomangli Kecamatan Reban, saat menginjakkan kaki di halaman Rumah Dinas Bupati Batang.
Tarno merupakan satu di antara 11 korban gempa tsunami Palu, yang berhasil dipulangkan oleh Pemkab Batang usai bertahan sekitar 2 pekan di tempat pengungsian.
Seolah tak sabar ingin menemui keluarganya, pria paruh baya tersebut berkemas usai bertemu dengan Bupati Batang Wihaji bersama rekan-rekan lainya.
Tarno menuturkan, ribuan orang masih menunggu kepulangan dan ia beruntung bisa mendapatkan kesempatan lebih dahulu dibandingkan korban gempa tsunami lainnya.
"Saya naik pesawat hercules bersama puluhan korban gempa tsunami lainnya, padahal masih ada ribuan lainya yang menunggu dipulangkan, dan saya beruntung bisa dapat kesempatan ini," katanya, Jumat (12/10/2018).
Tarno mengatakan di dalam pesawat perasaan was-was masih ia rasakan, dan bayangan akan situasi Palu masih teringat kuat di kepalanya.
"Pikiran saya hanya rumah, walaupun saya di dalam pesawat namun pikiran saya seperti sudah ada di rumah bertemu keluarga, sampai di Batang dengan keadaan selamat sebuah keberuntungan bagi saya," tambahnya.
Tarno sendiri berangkat ke Palu Juni lalu, dan bekerja sebagai tukang bangunan di sebuah hotel bersama 10 rekanya.
"Saya sudah tidak sabar bertemu dengan keluarga, dan saya berterima kasih diberikan kesempatan pulang yang diurus oleh Pemkab Batang langsung," imbuhnya.
Sementara itu, Sigit selaku Kaur Perencanaan Desa Sukomangli yang menjemput kedatangan 11 warga desanya, sedikit lega melihat Tarno dan rekan-rekannya dalam kondisi baik.
"Karena keluarga yang menunggu di rumah selalu bertanya-tanya tentang keadaan Tarno dan 10 orang lainya, bahkan sebelum diberangkatkan dari Palu anggota keluarga di desa terlihat cemas," tambahnya.
Sebelumnya, dikatakan Sigit 13 orang lainya juga berhasil dipulangkan dengan selamat, namun beberapa masih merasakan trauma.
"Ada kejadian ketika warga desa bergurau meneriakkan gempa, satu di antara warga yang sudah pulang dari Palu langsung lari keluar rumah karena sangat trauma, begitu juga saat ada suara keras, seolah seperti masih teringat akan suasana saat terjadi gempa dan tsunami," bebernya. (*)