Dulu Es Batu Hanya Dinikmati Warga Belanda di Jatinegara dan Sawah Besar
Namun tidak semua orang tahu bagaiman sejarah es batu bisa masuk ke Indonesia
Masuknya es ke Indonesia saat itu dianggap sebagai peluang bagi para pelaku bisnis.
Beberapa restoran juga mulai menyediakan sajian minuman air dengan es.
Melihat situasi ini, perusahaan Djakarta Firms Voute en Gherin pun memanfaatkannya dengan menjual selimut wol yang dapat digunakan untuk menyimpan es.
Selain itu, seorang pengusaha, David Gilet, juga menyatakan dirinya sanggup menyediakan air es untuk berbagai pesta dengan biaya 15 gulden.
Seiring perkembangannya, es batu diketahui dapat menjadi obat sariawan.
Bahkan, saat itu pemerintah Hindia Belanda juga memberikan bonus sebesar 6 ribu gulden untuk mereka yang dapat mengirimkan es batu ke rumah sakit di Batavia.
Es tersebut akan digunakan untuk mengobati tentara Belanda yang terkena sariawan.
Sementara itu, untuk Surabaya dan Semarang, pemerintah Hindia Belanda memberikan bonus sebesar 7.300 gulden.
Kegiatan impor es dari Amerika ini berlangsung hingga 1870.
Setelah itu, sudah ada pabrik es di Batavia.
Pabrik es semakin bermunculan 10 tahun kemudian dan berdiri di berbagai daerah.
Di batavia, pabrik es berdiri di Molenvliet (Jalan Gadjah Mada dan Jalan Hayam Wuruk) dan kawasan Petojo.
Pada 1895, Kwa Wan Hong, seorang pengusaha Tionghoa yang lahir di Semarang, mendirikan pabrik es batu di Semarang.
Tidak hanya itu, pabrik es juga berdiri di Tegal, Pekalongan, Surabaya, dan Batavia. (Kompas.com)