PT KAI Deteksi 305 Titik Rawan Longsor dan Banjir di Sepanjang Jalur Jawa-Sumatera
KAI mendeteksi, sebanyak 305 titik rawan berupa banjir, longsor, dan amblas di sepanjang jalur KA di Jawa-Sumatera
Penulis: akbar hari mukti | Editor: muslimah
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Akbar Hari Mukti
TRIBUNJATENG.COM, SOLO - PT KAI saat ini fokus untuk memperbaiki sarana-prasarana jelang masa angkutan Nataru kali ini dari 20 Desember hingga 6 Januari 2019.
KAI mendeteksi, sebanyak 305 titik rawan berupa banjir, longsor, dan amblas di sepanjang jalur KA di Jawa-Sumatera.
Hal itu diungkapkan Humas PT KAI DAOP VI Yogyakarta, Eko Budianto, Selasa (11/12/2018).
Maka menurutnya PT KAI siapkan alat material untuk siaga (AMUS) untuk mengantisipasi hal tersebut.
Antara lain menggunakan batu balas, bantalan rel, pasir, karung, besi H Beam (untuk jembatan), alat penambat rel, dan sebagainya di titik-titik yang telah ditentukan.
"Kami siagakan tenaga flying gank, Petugas Penilik Jalan (PPJ) Ekstra, Penjaga Jalan Lintas (PJL) Ekstra, dan petugas posko daerah rawan di sepanjang lintas KA Jawa dan Sumatera untuk memantau apabila terjadi rintang jalan atau peristiwa luar biasa (PLH) yang menghambat perjalanan KA," terang Eko.
Menurutnya total 1.423 petugas disiagakan untuk terus mengawasi jalur rawan bencana di sepanjang jalur Jawa-Sumatera.
"Rinciannya 415 personel PPJ Ekstra, 867 personel PJL Ekstra, dan 141 personel posko daerah rawan," paparnya.
Lebih jauh Eko mengungkapkan PT KAI terus mengimbau masyarakat pengguna jalan mematuhi rambu-rambu di pelintasan sebidang.
Eko menjelaskan, UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) menyebutkan perjalanan KA mendapat prioritas di jalur yang bersinggungan dengan jalan raya.
Adapun dari data yang ia pegang, Eko menunjukkan dari tahun ke tahun terdapat tren kenaikan jumlah kecelakaan di pelintasan sebidang.
Yakni pada 2016 terjadi 295 kecelakaan, 2017 tercatat 448 kecelakaan, dan per 30 November 2018 telah terjadi 341 kecelakaan.
"Perlu kerja sama dengan seluruh pihak mewujudkan keselamatan bersama," terang Eko. (*)