Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Cerita Dusun di Banjarnegara yang Hilang 23 Tahun Lalu, Kini Muncul Api dari Retakannya

Masyarakat Desa Majatengah Kecamatan Banjarmangu sempat dihebohkan dengan semburan api yang tiba-tiba muncul

Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Tribunjateng.com/Khoirul Muzaki
Bekas wilayah dusun Kalitengah Desa Majatengah Banjarmangu yang hancur karena longsor. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Masyarakat Desa Majatengah Kecamatan Banjarmangu sempat dihebohkan dengan semburan api yang tiba-tiba muncul dari lahan jalan menuju perkebunan salak, beberapa waktu lalu.

Fenomena itu terkesan menakutkan bagi warga lantaran kemunculan api berasal dari lubang retakan longsor yang identik dengan bencana.

Peristiwa aneh itu pun memantik tim Pusat Vulkanologi dan Mutigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk meneliti musababnya.

Diduga, muasal api yang menyala dari retakan tanah itu dari gas alam yang terkandung di dalamnya.

Muncul Kobaran Api dari Retakan Longsor di Banjarnegara, Warga Sebut Tanda Kiamat

Heboh Suara Aneh Tadi Malam di Langit Pekalongan dan Sekitarnya, Begini Penjelasan BMKG

Lirik Lagu dan Chord Gitar Lagu Sayur Kol Punxgoaran, Makan Daging Anjing dengan Sayur Kol

Najwa Shihab Terkejut Melihat Isi Rumah Presiden Jokowi: Cuma Segini Aja Pak?

Tempat kemunculan api itu berada di wilayah rawan pergerakan.

Peristiwa itu kembali membuka memori masyarakat tentang keberadaan sebuah dusun yang kini tinggal nama, Dusun Kalitengah Desa Majatengah.

Nama dusun yang lama tak diperbincangkan itupun kini kembali disebut-sebut karena fenomena kemunculan api di wilayah tersebut.

Dahulu, wilayah yang kini hanya dihuni tumbuhan dan hewan liar itu adalah pemukiman padat penduduk.

Nama Dusun Kalitengah disematkan untuk mengidentifikasi sebuah kelompok masyarakat yang telah memiliki tatanan hidup.

Tetapi dalam perjalanannya, sekitar 23 tahun silam, kemapanan mereka terusik lantaran bumi yang mereka pijak mengalami pergerakan.

TONTON JUGA:

Pergeseran tanah itu tak ayal mengancam rumah-rumah penduduk di sekitarnya.

Bencana itu pun meneror nyawa warga.

"Api itu muncul di Kalitengah, di situ memang rawan longsor,"kata Sarno Kepala Desa Majatengah

Demi keselamatan yang terancam, penduduk satu dusun memutuskan hengkang dari tempat tinggal mereka.

Tanah yang selama ini jadi tumpuan hidup sudah tidak lagi bersahabat bagi mereka.

Mereka terpaksa meninggalkan tanah kelahiran yang menyimpan sejuta kenangan, juga harapan yang sempat dilambungkan.

Warga satu dusun tanpa kecuali harus direlokasi untuk menghindari marabahaya yang lebih besar.

Jika mereka tetap bertahan, mungkin bukan hanya dusun yang lenyap, tapi juga kehidupan di dalamnya ikut terancam.

Sejak saat itu, dusun itu ditinggalkan. Penduduk dusun Kalitengah mendirikan pemukiman di lahan baru lain dusun.

Mereka memulai kehidupan baru di tempat yang lebih aman dari ancaman longsor.

"Pindah semua satu dusun,"katanya

Warga melintasi jalan yang longsor dekat retakan tempat kemunculan titik api Desa Majatengah Banjarnegara
Warga melintasi jalan yang longsor dekat retakan tempat kemunculan titik api Desa Majatengah Banjarnegara (Tribunjateng.com/Khoirul Muzaki)

Kini, jejak keberadaan Dusun Kalitengah nyaris tiada.

Pemukiman yang dulu padat penduduk telah menjelma menjadi perkebunan salak atau tanaman pertanian lainnya.

Di lahan dusun yang kini menjadi perkebunan sepi itu, masih berdiri sebuah rumah penduduk berbahan kayu.

Rumah itu dihuni oleh satu Kepala Keluarga (KK), Ahmad Khoirulloh, satu-satunya keluarga yang menghuni wilayah tersebut.

Entah alasan apa yang membuatnya memilih bertahan tinggal dan hidup terisolasi dari penduduk lain yang sudah lama meninggalkan dusun mereka.

Sementara tanah di sekitar tempat tinggal itu terus bergerak dan membawa teror.

Di bawah gubuk sederhana itu, sekitar 20 meter, tanah telah merekah dan sempat mengeluarkan api dari dalam. Tetapi keluarga itu masih tetap bertahan.

"Ya tinggal rumah satu itu tok yang masih bertahan,"katanya.

Sebelumnya diberitakan, di sebuah titik jalan menuju perkebunan salak Desa Majatengah, Banjarmangu Banjarnegara, Hadi yang tengah memikul salak tersentak hingga menghentikan langkahnya, Jumat (7/12/2018) lalu.

Entah apa yang dia injak barusan hingga membuat telapak kakinya kepanasan.

Padahal kakinya sudah terbungkus sepatu yang melindunginya dari rintangan apapun di jalan.

Alangkah terkejutnya, Hadi melihat badan jalan yang ia lewati telah terbelah atau merekah.

Anehnya, muncul kobaran api yang menyembur dari lubang retakan.

Tentu saja Hadi kaget menyaksikan fenomena yang baru kali ini dia jumpai.

Semburan api terlihat menyeramkan karena keluar dari lubang retakan.

Jika kemunculan retakan saja sudah membuat orang was-was karena ancaman bencana longsor yang menyertainya, apalagi disertai semburan api.

"Saya awalnya berjalan biasa gak tahunya kok kaki terasa panas sekali. Terus saya lihat jalan ternyata ada apinya," katanya kepada Tribunjateng.com, Rabu (12/12/2018).

Hadi tak bergegas meninggalkan tempat itu meski api terus berkobar.

Ia masih sempat mengabadikan fenomena itu sembari bercengkerama dengan warga lain.

Mereka terlihat kebingungan perihal peristiwa aneh tersebut.

Mereka hanya mereka-reka mengenai musabab peristiwa itu.

"Medeni watek, darani kiamat daen."

Celetuk satu di antara mereka dalam rekaman video itu dalam bahasa lokal.

Kurang lebih artinya, "Menakutkan memang, mau kiamat mungkin."

Mereka pun sempat berusaha mematikan api tersebut agar tak menjalar dan membahayakan warga.

Warga berupaya menutup lubang retakan yang menjadi sumber kobaran api dengan cara menginjak-injak tanah di sekitarnya.

Aneh, bukannya padam, nyala api justru semakin besar.

Hadi akhirnya memutuskan meninggalkan tempat itu dan membiarkan api tetap berkobar.

"Saya tinggalkan karena masih ada pekerjaan," jelasnya. 

Kepala Desa Majatengah Sarno mengatakan, usai mendapati laporan dari warga, pemerintah desa lantas mendatangi tempat kemunculan api tersebut.

Sayang, saat didatangi, api yang muncul dari rekahan tanah itu telah padam.

Menurut Sarno, api tersebut menyala sekitar 30 menit sebelum akhirnya padam dan tak muncul lagi.

Sarno mengungkapkan, fenomena itu baru pertama kali terjadi di desanya.

Ia pun belum mengetahui pasti musabab api berkobar dari dalam retakan longsor.

Yang jelas, kondisi tanah di wilayah itu memang labil sehingga sering dilanda longsor.

"Di situ memang rawan longsor. Tapi kalau longsor terus muncul api baru pertama ini," jelas Sarno. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved