Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jokowi Singgung Propaganda Rusia, Fahri Hamzah: Saya Nggak Ngerti Cara Kerja Lingkar Incumben

Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengkritik calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi).

Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
ISTIMEWA
Jokowi dan Fahri Hamzah 

TRIBUNJATENG.COM- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengkritik calon presiden nomor urut 1, Joko Widodo (Jokowi).

Hal tersebut disampaikan melalui akun Twitter @Fahrihamzah, pada Senin (5/2/19).

Dalam cuitannya tersebut mulanya seorang netizen dengan akun @Asmara_1701 mengunbggah sebuah cuplikan video orang Rusia yang mengomentari tudingan Jokowi.

Orang Rusia tersebut menyayangkan pernyataan Jokowi.

Lantas, Fahri Hamzah mengomentari bahwa untung yang disebut Jokowi bukan Soviet.

Untung Rusia bukan Soviet," tulis Fahri Hamzah.

Kemudian, Fahri megaku binggung dengan cara kerja lingkar incumben.

Dul Tangisi Ahmad Dhani di Konser Dewa 19, Fahri Hamzah: Pekerja Migran di Malaysia Pilih Penantang

Viral Video Petugas Dishub Ditantang Buka Baju hingga Berkelahi dengan Pengendara

Soal Konsultan Asing, TKN Yakin Jokowi Dapat Masukan Valid

Kiai Maruf Sebut Jokowi Tetap Sosok Santun dan Kalem Dalam Berkomunikasi

Menurut Fahri Hamzah, banyak yang kesengajaan yang membuat kacau.

"Sampai malam ini Sy gak paham cara kerja lingkar dalam incumbent...kok bikin berantakan semua rencana? Sepertinya ada kesengajaan...tapi kok bikin kacau dan berantakan?," tulisnya.

Diketahui sebelumnya, Istilah "propaganda Rusia" dilontarkan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo.

Jokowi mengatakan, pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menggunakan konsultan asing dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2019.

Ia tak menyebut konsultan asing apa yang digunakan kubu Prabowo-Sandi.

Namun, ia sempat menyinggung soal propaganda Rusia.
"Seperti yang saya sampaikan, teori propaganda Rusia seperti itu.Semburkan dusta sebanyak-banyaknya, semburkan kebohongan sebanyak-banyaknya, semburkan hoaks sebanyak-banyaknya sehingga rakyat menjadi ragu. Memang teorinya seperti itu," kata Jokowi saat bertemu sedulur kayu dan mebel di Solo, Minggu (3/2/2019).

Lantas, pernyataan Jokowi itu ditangapi oleh Kedutaan Besar Rusia di Jakarta melalui akun Twitter mengeluarkan pernyataan terkait istilah Progapanda Rusia yang dilontarkan calon presiden nomor urut 01 yang juga capres petahana Joko Widodo.

Kedubes Rusia melalui akun @RusEmbJakarta menyampaikan bahwa Rusia tidak ikut campur dalam urusan elektoral di negara lain.

"Kami menggarisbawahi bahwa posisi prinsipil Rusia adalah tidak campur tangan pada urusan dalam negeri dan proses-proses elektoral di negara-negara asing, termasuk Indonesia yang merupakan sahabat dekat dan mitra penting kami," tulis akun Twitter Kedubes Rusia untuk Indonesia, Senin (4/2/2019).

Kedubes Rusia untuk Indonesia juga menyampaikan, istilah "propaganda Rusia" merupakan rekayasa yang dibuat pada tahun 2016 untuk kepentingan pilpres Amerika Serikat.

Istilah tersebut tidak berdasarkan pada realitas. "Sebagaimana diketahui istilah 'propaganda Rusia' direkayasa pada tahun 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah ini sama sekali tidak berdasarkan pada realitas," tulis akun Twitter tersebut.

Klarifikasi Tim Jokowi

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Abdul Kadir Karding, menyatakan capres nomor urut 01 itu tak hendak menyudutkan Rusia ihwal ucapannya soal "Propaganda Rusia".

"Pernyataan Pak Jokowi soal "Propaganda Rusia" dalam pemilu kita jelas tidak dimaksudkan Rusia sebagai sebuah negara. Tapi ditujukan kepada individu yang bekerja sebagai konsultan politik namun menerapkan strategi yang jauh dari nilai demokrasi," kata Karding melalui keterangan tertulis, Senin (4/2/2019) yang dilansir dari Kompas.com.

Presiden Jokowi Akui Peran Penting Penyuluh Pertanian

Romahurmuziy Tegaskan Doa Mbah Moen untuk Jokowi Menang 2 Periode

Sindiran Jokowi Untuk Prabowo: Belum Jadi Pemimpin Kok Sudah Pesimis

Ia menambahkan pernyataan Jokowi itu semestinya dipahami sebagai kritik terhadap pihak yang berkampanye dengan menebar hoaks dan memecah belah masyarakat.

Ia pun mengatakan di masa kampanye ini terjadi gesekan di antara masyarakat. Salah satu penyebabnya ialah strategi politik kotor dari pihak yang melakukan apa saja demi meraih kekuasaan termasuk memfitnah, mengadu domba, dan memprovokasi masyrakat.

Karena itu, ia menilai ucapan Jokowi sebagai alarm bagi masyarakat untuk senantiasa kritis terhadap berbagai informasi.

"Sebab di era post truth seperti sekarang ini, kebenaran acapkali bukan soal fakta dan realitas tapi soal dari siapa kebenaran itu diucapkan. Selama ucapan datang dari pendukungnya maka itu adalah kebenaran," tutur Karding. "Sebaliknya jika itu datang dari musuh maka sudah pasti kebohongan. Inilah yang Pak Jokowi tidak inginkan," tandasnya. (TribunJateng.com/Woro Seto)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved