Fahri Hamzah Dapat Suara Terbanyak di Pileg NTB 2014, Akbar Faizal: Saya Heran, Kok Bisa?
Politisi Nasdem, Akbar Faizal mengaku heran dengan Fahri Hamzah yang meraih suara terbanyak di Nusa Tenggara Barat (NTB) di pileg 2014.
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM- Politisi Nasdem, Akbar Faizal mengaku heran dengan Fahri Hamzah yang meraih suara terbanyak di Nusa Tenggara Barat (NTB) di pileg 2014.
Hal tersebut disampaikan saat di acara Indonesia Lawyer pada Selasa (3/3/19).
Mulanya, Faizal Akbar mengaku di kampung halamannya tengah terjadi bagi-bagi uang.
"Dia adalah kader partai dari pak Miing, berinsial K," ujarnya.
Akbar Faizal meminta agar orang itu diproses karena telah bagi-bagi uang sebanyak 300 ribu rupiah.
"Orang ini adalah jaringan cukong politik yang berkuasa di bagian itu, ini menjijikkan sekali," ujar Akbar Faizal.
Kemudian, Akbar menyinggung kader partai Gerindra karena menggunakan kekuatan ASN.
"Saya minta diproses orang itu," ujar Akbar Faizal.
Akbar Faizal bahwa memiliki firasat bahwa tanggal 15 April hari tenang akan banyak serangan fajar.
"Masalah korupsi pemilu ada 5 penyebabnya, di tingkat regulasi selalu berubah-ubah, kedua implementasinya, penegakkan hukumnya, kesadaran politik, oligarki modal," ujar Akbar Faizal.
Tampak Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang berada di studio tampak terdiam.
Ia menilai terjadi beli suara, beli kursi, dana kampanye dari pemilik modal.
"Bayangkan saja kalau itu sudah diatur, penyebabnya adalah dosa dari kami di DPR," ujarnya.
"Kita tidak pernah keluar dari masalah ini, kalau tidak di mulai dari recruitmennya," ujarnya.
Akbar sepakat jika negara seharusnya membiayai partai politik.
"Memang harus ada terobosan, nggak bisa begini saja," ujar Akbar Faizal.
Akbar lantas menunjukkan bahwa dirinya satu-satunya anggota DPR yang membuat laporan kinerja.
"Apa saya katakan, yang saya perjuangkan, tapi ini nggak laku di dapil," ujar Akbar.
Akbar berharap agar tidak ada korupsi di penyelenggaran pemilu.
Kemudian, Akbar Faizal menyinggung Fahri Hamzah bisa lolos dan meraih suara terbanyak di Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Heran saya sama Pak Fachri itu, bisa lolos dan meraih suara terbanyak di NTB," ujar Akbar Faizal sambil tersenyum.
Fahri Hamzah tidak menunjukkan reaksi apapun saat disinggung Akabr Faizal.
Diketahui, seorang anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Bowo Sidik Pangarso terjaring dalam OTT KPK, Kamis (28/3/2019).
Dalam OTT tersebut, KPK juga berhasil menemukan 84 kardus yang berisi 400 ribu amplop dengan isian uang dalam pecahan Rp 20 ribu dan 50 ribu.
Uang tersebut diamankan tim KPK di sebuah lokasi di kawasan Pejaten.
"Tim bergerak menuju ke sebuah kantor di Jakarta untuk mengamankan uang sekitar Rp 8 miliar dalam pecahan Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu yang telah dimasukkan dalam amplop-amplop pada 84 kardus."
Demikian dikatakan Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Basaria menjelaskan, Bowo merupakan anggota DPR yang berencana mencalonkan diri kembali sebagai caleg di Pemilu 2019.
Uang itu diduga dipersiapkan untuk dibagikan kepada warga atau kerap diistilahkan dengan "serangan fajar" terkait pencalonannya sebagai caleg.
"Untuk sementara dari hasil pemeriksaan tim kita, beliau (Bowo) mengatakan, ini memang dalam rangka kepentingan logistik pencalonan dia sendiri."
"Dia diduga telah mengumpulkan uang dari sejumlah penerimaan-penerimaan yang dipersiapkan untuk serangan fajar," katanya, dikutip dari Kompas.com.
Basaria juga membantah spekulasi temuan 400 ribu amplop berisi uang dalam OTT Bowo Sidik terkait dengan Pilpres 2019.
Ia menegaskan, uang tersebut tidak dipersiapkan Bowo sebagai logistik untuk calon presiden dan wakil presiden tertentu.
"Sama sekali tidak. Dari awal tadi sejak konpers (konferensi pers) tidak berbicara soal itu."
"Saya ulang kembali, hasil pemeriksaan memang untuk kepentingan dia akan mencalonkan diri kembali," kata dia.
Basaria menjelaskan, tim penyidik telah mengonfirmasi temuan itu ke Bowo.
Bowo mengaku, uang tersebut untuk pencalonan dia sebagai anggota DPR di Pemilu 2019.
Uang itu diduga dipersiapkannya untuk dibagikan kepada warga atau kerap diistilahkan dengan "serangan fajar".
"Kami mengatakan memang sesuai fakta ya. Ini memang kita lihat ada pengumpulan dana dari beberapa sumber kemudian dimasukan ke dalam sini (amplop)."
"Ini bukan politisasi," kata Basaria.
"Menurut jawabannya (Bowo) mengatakan ini dalam rangka serangan fajar karena dia termasuk satu calon dari Jawa Tengah untuk DPR 2019-2024."
"Jadi enggak usah dibawa politisasi. Ini adalah faktanya," tegas Basaria.
Di sisi lain, Juru Bicara KPK, Febri Diansyah mengatakan, KPK menduga ada dua sumber penerimaan uang Bowo.
Pertama, diduga berkaitan dengan commitment fee untuk membantu pihak PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK) menjalin kerja sama penyewaan kapal dengan PT Pupuk Indonesia Logistik.
Penyewaan itu terkait kepentingan distribusi.
Kedua, KPK menduga ada penerimaan dari sumber lain oleh Bowo, terkait jabatannya sebagai anggota DPR.
Saat ini, KPK masih menelusuri lebih lanjut sumber penerimaan lain tersebut.
"Jadi suapnya spesifik terkait dengan kerja sama pengangkutan untuk distribusi pupuk."
"Sementara Pasal 12B (pasal gratifikasi) adalah dugaan penerimaan yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan tugasnya sebagai penyelenggara negara," kata Febri. (TribunJateng.com/Woro Seto)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/akbar-membuat-pengakuan-caleg-bagi-bagi-uang.jpg)