Kisah Qarun Orang Kaya Takabur di Zaman Nabi Musa, Awal Mula Istilah Harta Karun
Kisah Qarun dalam Al Quran Surat Al Qashash dan Al Ankabut, orang kaya takabur yang kufur nikmat hidup pada masa Nabi Musa AS.
TRIBUNJATENG.COM - Berikut ini kisah Qarun dalam Al Quran Surat Al Qashash dan Al Ankabut, orang kaya takabur yang kufur nikmat hidup pada masa Nabi Musa AS.
Qarun adalah pengikut Nabi Musa yang kekayaannya sangat melimpah ruah tapi lupa kepada Allah SWT.
Namanya kemudian disematkan sebagai istilah harta karun, harta yang ditemukan di dalam tanah atau perut bumi.
Menurut Ibnu Ishak, Qarun adalah paman Nabi Musa.
Sedangkan menurut A'masy dan lainnya, Qarun adalah sepupu Nabi Musa.
Ayah Nabi Musa yang bernama Imran adalah kakak dari ayah Qarun yang bernama Yashhar.
Baik Nabi Musa maupun Qarun adalah keturunan Nabi Ya'kub.
Awalnya Qarun sangat miskin.
Ia lalu meminta Nabi Musa untuk mendoakan agar Allah memberikannya harta benda yang sangat banyak.
Nabi Musa menyetujui permohonannya itu.
Sebab, Nabi Musa tahu jika Qarun orang yang saleh dan taat beribadah.
Allah mengabulkan permohonan tersebut, Qarun pun menjadi orang paling kaya.
Ia memiliki ribuan gudang harta penuh emas dan perak.
Sampai-sampai kunci gudang hartanya harus dipikul oleh beberapa pegawai yang kekar.
Sayang, akibat kekayaannya Qarun mengingkari nikmat yang Allah beri.
Ia dengan sombong mengatakan bila kekayaannya itu diperoleh dari kepintarannya.
Ia juga sibuk memamerkan kekayaannya kepada orang banyak tapi bersikap kikir.
Hingga pada akhirnya, Allah menjatuhkan azab dengan menenggelamkan harta kekayaan Qarun di dalam bumi.
Itulah sebabnya nama Qarun dikenal dengan sebutan harta yang tenggelam (harta karun).
Kisah Qarun tersebut diabadikan dalam Al Quran Surat Al Qashash ayat 76 sampai 83 dan Surat Al Ankabut ayat 39 sampai 40.
Qarun dalam Surat Al Qashash ayat 76 sampai 83:
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لاَ تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
"Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, 'Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.'" (Al Qashash: 76)
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلاَ تَنسَ نَصِيبَكَ مِنْ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (Al Qashash: 77)
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ القُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلاَ يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
"Dia (Qarun) berkata, 'Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.' Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka." (Al Qashash: 78)
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنيَا يَالَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
"Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, 'Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.'” (Al Qashash: 79)
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلاَ يُلَقَّاهَا إِلاَّ الصَّابِرُونَ
"Tetapi orang-orang yang dianugerahi ilmu berkata, 'Celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang sabar.'” (Al Qashash: 80)
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ المُنْتَصِرِينَ
"Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.'" (Al Qashash: 81)
وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلاَ أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
"Dan orang-orang yang kemarin mengangan-angankan kedudukannya (Qarun) itu berkata, 'Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya). Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah kiranya tidak akan beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).'” (Al Qashash: 82)
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَ يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضِ وَلاَ فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
"Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.'" (Al Qashash: 83)
Qarun dalam surah Al Ankabut ayat 39 sampai 40.
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ
"Dan (juga) Qarun, Fir‘aun dan Haman. Sungguh, telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata. Tetapi mereka berlaku sombong di bumi, dan mereka orang-orang yang tidak luput (dari azab Allah).'" (Al Ankabut: 39)
فَكُلاً أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.'" (Al Ankabut: 40)
Karena Qarun mengingkari nikmat Allah (kufur nikmat), akhirnya ia harus menanggung azab dari Allah.
Qarun beserta semua kekayaannya ditenggelamkan ke dalam bumi.
Kisah di atas mengajari kita agar tetap mensyukuri nikmat Allah, baik dalam jumlah besar maupun kecil.
Demikian kisah Qarun di dalam Alquran.
Semoga bermanfaat bagi Anda. (tribunjateng/fajar bahruddin achmad)
• Kisah 7 Pemuda Ashabul Kahfi dalam Al Quran Surat Al Kahfi
• Kisah Buraq Kendaraan Nabi Muhammad dalam Isra Miraj Menurut Berbagai Hadits
• Kisah Operasi Hati Nabi Muhammad Sebelum Isra Miraj, Bedah Dada dan Penyucian Hati
• Niat Qodho Puasa Ramadhan dan Batas Akhir Pelunasannya