Jika Cuaca Normal, Awal Ramadhan NU dan Muhammadiyah Sama 6 Mei 2019
Ahli falak Ahmad Izuddin: jika cuaca normal, awal Ramadhan NU dan Muhammadiyah jatuh 6 Mei 2019
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: abduh imanulhaq
Ahli falak Ahmad Izuddin: jika cuaca normal, awal Ramadhan NU dan Muhammadiyah jatuh 6 Mei 2019
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dua metode berbeda dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan dari Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah kadang menjadikan ketetapan waktu Ramadhan yang berbeda.
Kepala Program Studi Magister Ilmu Falak UIN Walisongo, Ahmad Izzudin, mengatakan perbedaan putusan awal Ramadhan antara NU dan Muhammadiyah tahun ini sangat tipis.
"Kemungkinan perbedaan awal Ramadhan di tahun ini sangat kecil. Tapi dalam prediksi cuaca yang seperti ini, perbedaan juga dapat terjadi," jelas Izzudin kepada Tribunjateng.com, Jumat (12/4/19).
Perbedaan itu menjadi wajar karena menggunakan metode yang berbeda.
NU menggunakan metode rukyatul hilal (melihat keberadaan bulan sabit), sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal (perhitungan penampakan bulan secara astronomis dan matematis).
Izzudin menjelaskan, Muhammadiyah sudah menetapkan awal Ramadhan jatuh pada Senin 6 Mei 2019.
Nahdlatul Ulama baru memutuskan setelah melakukan rukyatul hilal pada Minggu 5 Mei 2019 (28 Syaban).
Pengamatan hilal dilakukan setelah masuk waktu maghrib.
"Apabila cuaca baik dan hilal terlihat, maka setelah sholat isya NU akan langsung sholat tarawih," ungkap Izzudin yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADSI) ini.

Sedangkan sidang isbat yang dilakukan oleh Kementrian Agama (Kemenag) mempertimbangkan masukan para pakar.
Kemenag menunggu hasil informasi pengamatan lalu dicek menggunakan data hisab.
Apabila sudah disesuaikan, lalu meminta kesepakatan dari para ulama, pakar, dan perwakilan negara untuk meminta persetujuan penetapan awal Ramadhan.
Menurut Izzudin dua metode tersebut merupakan metode yang diajarkan oleh Rasulullah dan terdapat di dalam hadits.
Dalam bulan Hijriyah, umur bulan itu antara 29 atau 30 hari.
"Jadi, apabila hilal dapat dilihat umur bulan Syaban 29 hari. Bila tidak terlihat umur Syaban akan digenapkan 30 hari," jelasnya.
Dalam Lokakarya Imsakiyah yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M) dan Prodi Magister Ilmu Falak UIN Walisongo, prediksi awal Ramadhan dihitung menggunakan hisab wujudul hilal jatuh pada Senin, 6 Mei 2019.
Sedangkan awal Syawal diprediksi jatuh pada Rabu 5 Juni 2019.
Izzudin dan tim imsakiyah dari UIN Walisongo juga sudah merumuskan jadwal imsakiyah (pedoman waktu sholat) untuk wilayah Kota Semarang.
Tujuan dari adanya jadwal imsakiyah agar menjadi pedoman waktu sholat di bulan Ramadhan agar lebih baik.
Ia mengaku khawatir perbedaann waktu adzan sholat maghrib mengakibatkan puasa orang-orang jadi tidak sah.
Sehingga menurutnya perlu ada jadwal imsakiyah yang bisa dipertanggungjawabkan.
"Secara syariah belum masuk maghrib, kok sudah berbuka. Itu kan bisa menjadi sia-sia puasanya,"
D ia juga menggagas gerakan kalibrasi penyocokan akurasi jam di mushola dan masjid di Kota Semarang.Ia sering menemui ketidaksamaan waktu jam yang menjadikan adzan di mushola dan masjid berbeda-beda.
"Kalau berbeda, lalu yang dibuat pedoman adzan itu jam yang mana. Saya kok belum pernah mendengar ada takmir yang memikirkan keakurasian jam, lalu dicek sebulan sekali. Padahal jam itu sangat penting sekali," jelasnya. (fba)
• Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2019 /1440 H, Hasil Lokakarya UIN Walisongo Semarang
• Suami Istri Bersetubuh di Bulan Puasa Ramadhan Siang Hari, Inilah Hukum dan Sanksinya
• Niat Qodho Puasa Ramadhan dan Batas Akhir Pelunasannya
• Puasa Sunnah Syaban 2019, Bulan Diangkatnya Amal Manusia di Hadapan Tuhan
TONTON JUGA: