Ribuan Ikan di Waduk Kedung Ombo Sragen Mati, Pemilik Kolam Rugi Ratusan Juta
Perpindahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau yang terjadi di Kabupaten Sragen tidak hanya berdampak terhadap manusia dan tumbuh-tumbuhan.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Perpindahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau yang terjadi di Kabupaten Sragen tidak hanya berdampak terhadap manusia dan tumbuh-tumbuhan.
Ikan di kawasan Waduk Kedung Ombo (WKO) Kecamatan Sumberlawang juga terkena imbas. Ribuan ikan yang di budidaya warga di WKO mati.
Salah satu pemilik kolam di WKO Suharno warga Dukuh Ngasinan Kelurahan Ngargotirto Desa Ngasinan Kecamatan Sumberlawang mengatakan sebanyak satu ton lebih ikannya mati.
Suharto mengaku memiliki sebanyak 10 kolam di WKO dan hampir semua ikannya mati. "Ya hanya beberapa saja yang dapat diselamatkan yang lain mengambang (mati)," ujarnya, Selasa (2/7/2019).
Menurutnya, faktor cuaca dingin dan adanya limbah dari bawah yaitu belerang yang menyebabkan ikan-ikan di WKO mati.
Suharto mengatakan ikan mati sudah menjadi hal yang lumrah di setiap peralihan musim saat ini. Antara bulan Juni hingga Agustus.
Dirinya juga mengatakan hampir setiap tahun ikan-ikannya mati di bulan-bulan tersebut. "Tahun kemarin juga, kena sedikit-sedikit, ga separah tahun ini," lanjutnya.
Suharto mengaku insiden yang sama terjadi empat tahun lalu, atau di 2015. "Tahun ini sama seperti tahun 2015 kemarin parahnya," lanjut dia.
Suharto mengaku ikan-ikan di WKO mati semenjak Jumat (28/6/2019) dini hari lalu. "Sebelumnya saya sudah curiga, cuaca mulai dingin, ikan-ikan di kolam setiap saya kasih makan ga dimakan," paparnya.
Sehari-hari Suharno sendiri memelihara jenis ikan nila dan ikan tombro. Suharto menjual ikan-ikannya dari harga Rp 20.000 hingga Rp 40.000 per kilo.
Terpisah, Slamet Hariyanto seorang supplier ikan asal Kecamatan Gemolong mengaku sudah empat hari terakhir tidak dapat mengirim ikan.
"Terhambat sekali ini usaha saya, sudah empat hari dua kali pengiriman saya tidak bisa mengirim ikan," ujarnya kepada Tribunjateng.com.
Hari, panggilan akrabnya mengaku setiap dua hari sekali selalu mengirim ikan ke daerah Batu Jamus, Karangpandan hingga Tawangmangu.
"Dua hari sekali biasanya bisa mengirim ikan 4 hingga 5 kwintal ke daerah-daerah tersebut, sampai ada pelanggan saya ini sampai tutup warungnya gara-gara tidak saya kirim," terangnya.
Dirinya mengaku pasrah dan hanya berdoa agar peristiwa yang sama tidak akan terjadi lagi. "Ya bagaimana lagi, emang hampir tiap tahun pasti ada peristiwa seperti ini, bisanya cuma berdoa," pungkasnya. (uti)