Sejarah Lokalisasi Sunan Kuning, Pemkot Semarang yang Mendirikan dan Kini Akan Menutupnya

Pemerintah Kota Semarang atau Pemkot Semarang segera melakukan penutupan Resosialisasi Argorejo atau yang biasa disebut lokalisasi Sunan Kuning.

Penulis: faisal affan | Editor: suharno
TRIBUN JATENG/FAIZAL M AFFAN
Penulis buku Ough! Sunan Kuning (1966-2019) dan sejarawan, Bambang Iss Wijaya, usai melakukan diskusi dan bedah buku bersama warga Resos Argorejo, Rabu (7/8/2019). 

TRIBUNJATENG.COM - Pemerintah Kota Semarang atau Pemkot Semarang segera melakukan penutupan Resosialisasi Argorejo atau yang biasa disebut lokalisasi Sunan Kuning.

Rencananya Pemkot Semarang menutup tempat mangkalnya para pekerja seks komersial (PSK) atau wanita pekerja seks (WPS) pada tanggal 15 Agustus 2019.

Setelah ditutupnya lokalisasi Sunan Kuning, Pemkot Semarang akan mengubahnya menjadi tempat wisata religi.

Kemudian para pemandu karaoke dan pekerja seks komersial (PSK) akan mendapatkan uang tali asih dari Kementerian Sosial.

Tapi menurut sejarawan dan penulis buku Ough! Sunan Kuning (1966-2019), Bambang Iss Wijaya, penutupan resos Argorejo hanya untuk menutupi 'wajah' Pemkot saja.

"Ya, menutupi 'wajah' dari Pemkot dan Pemda lain yang sudah lebih dahulu menutup tempat lokalisasi. Hanya ingin menyelamatkan mukanya sendiri. Saya kira ini tidak tepat. Seharusnya Pemkot bangga karena memiliki resos percontohan," terangnya saat acara diskusi dan bedah buku di resos Argorejo, Rabu (7/8/2019).

Pemkot Semarang Tutup Lokalisasi Sunan Kuning, Bambang Iss: Kota Ini Bakal Kehilangan Sejarahnya

Ayah Meninggal & Ibu Pergi Tak Kembali, Gadis di Boyolali ini Berharap Segera Memiliki Pekerjaan

Alasan Bambang mengucapkan hal tersebut bukan karena ingin membela warga lokalisasi Sunan Kuning.

Ia hanya ingin meluruskan bahwa Sunan Kuning juga bisa menjadi aset wisata untuk Pemkot Semarang.

"Kalau sudah ditutup, Semarang akan kehilangan sejarahnya. Karena tempat ini juga bagian dari sejarah Kota Semarang," tuturnya.

Bambang bercerita, semula lokalisasi Argorejo hanya sebuah bukit yang berisi dua rumah.

Lokasi tersebut mejadi pilihan Pemkot Semarang saat itu karena banyak warganya resah.

"Sebelum ada Argorejo, para pekerja seks komersial menjajakan diri di Jalan Gendingan, Jalan Bojong (Pemuda), sekitar Stadion Diponegoro, dan wilayah Karanganyar Pecinan. Karena meresahkan warga sekitar, maka Pemkot memfasilitasi mereka di lokasi yang jauh dari kota. Maka dipilihlah lokasi ini," jelas Bambang.

Tahun 2019, Kementerian Sosial Targetkan Tutup 13 Lokalisasi, Ada 2 di Kota Semarang

Wajah Menggemaskan Sedah Mirah di Pesta Ulang Tahunnya yang Pertama

Sebelum bernama Resosialisasi Argorejo, pada tahun 1966 lokalisasi tersebut bernama Sri Kuncoro.

Tapi karena warga Sri Kuncoro keberatan dengan nama tersebut, maka diubah menjadi Sunan Kuning.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved