Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Lukas Enembe Sebut Papua Belum Diindonesiakan, Najwa Shihab Kaget: Apa Maksud Anda?

Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan bahwwa orang Indonesia tidak boleh sembarangan terhadap Papua.

Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
youtube
Lukas Enembe Sebut Papua Belum Diindonesiakan, Najwa Shihab Kaget: Apa Maksud Anda? 

TRIBUNJATENG.COM- Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan bahwwa orang Indonesia tidak boleh sembarangan terhadap Papua.

Hal tersebut disampaikan Lukas Enembe di acara Mata Najwa, Rabu (21/8/19).

Mulanya, Najwa Shihab meminta LUkas untuk memberikan penjelasan.

"Pak Gubernur ada komentar mengenai permintaan maaf Ibu Khofifah dan pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan 'emosi boleh tetapi lebih baik saling memaafkan', apa lagi yang seharusnya bisa dilakukan," tanya Najwa Shihab.

Lukas lalu mengatakan ada sejumlah ucapan yang tidak baik ditujukan kepada masyarakat Papua.

Ia menilai hal itu sebuah bentuk rasisme.

"Jadi ini banyak sekali terjadi,siapapun di dunia ini, namanya rasisme dibenci di seluruh dunia," tambahnya.

Lukas mengatakan bahwa rasisme yang dialami sekarang sama seperti rasisme yang dilakukan Belanda ke Indonesia waktu itu.

"Jadi saya harap orang Indonesia sudah 74 tahun merdeka, sadar itu, kita sama seperti era kolonial. Apa bedanya?," ungkap Lukas Enembe.

Belanda menjajah kita 350 tahun, menyebut kita monyet, sekarang ini terulang lagi jadi saya anggap ini kolonialisme Indonesia terhadap Papua, ini pemicu utama," imbuh Lukas Enembe.

Ia menuturkan bahwa kolonialisme terhadap Papua dan membuat hal lainnya terpicu.

"Jadi karena kerap kali terjadi, ini pemicunya membuat yang lain terungkap?" tanya Najwa Shihab.

"Ini pemicu utamanya yang terjadi di Papua. Jadi saya pikir sudah 74 tahun merdeka, NKRI kita jaga, Bhineka Tunggal Ika kita jaga. Dari Sambang - Merauke juga harus dijaga," sebut Lukas.

Lukas mengatakan bahwa di Papua ada beragam etnis.

"Di Papua itu multi etnis. Saya kemarin lihat yang demo-demo itu, saya ngomong kepada mereka, apa yang mau kalian sampaikan, sampaikan kepada saya, saya akan teruskan ke pemerintah pusat."

Lukas pun mengatakan saat itu ada tuntutan merdeka dari masyarakat Papua yang menemuinya.

Namun ia enggak menerima usulan itu.

"Mereka ingin merdeka, saya katakan kalau kalian ingin apa ya tulis saja, nanti saya sampaikan," ujar Lukas.

"Jadi memang Papua itu rawan saat ini. Tidak boleh siapapun orang Indonesia bicara sembarangan terhadap Papua. Karena kita beda, orang Papua belum di-Indonesiakan secara baik," ungkapnya.

Najwa Shihab lantas menimpali dengan pertanyaan.

"Belum di-Indonesiakan secara baik, apa maksud anda? Apa yang harus dilakukan untuk meng-Indonesiakan seseorang?" tanya Najwa Shihab.

"Sampai hari ini dalam pengertian, secara keseluruhan masyarakat Papua belum menerima rasa ke-Indonesiaan mereka. Masih merasa saya orang Papua," papar Lukas.

Ia menuturkan saat itu semua pihak yang datang berunjukrasa untuk dukungan kemerdekaan.

"Wah itu kaget saya, gila ini, para pimpinan gereja meminta seperti itu, jadi tidak boleh picu persoalan di Papua. Persoalan di Papua itu cukup rumit," pungkasnya.

Diketahui, kerusuhan di sejumlah tempat di Papua terjadi, yakni di Manokwari Senin (219/8/2019) dan Fakfak, Rabu (21/8/2019).

Hal ini dipicu adanya penangkapan terhadap 43 mahasiswa Papua di Surabaya, dengan tudingan merusak bendera Indonesia, Sabtu (17/8/2019).

Sejumlah massa menggelar aksi unjuk rasa hingga melumpuhkan jalan Yos Sudarso yang merupakan jalan utama kota Manokwari.

Tak hanya melumpuhkan jalan, massa juga turut membakar Gedung DPRD Papua Barat.

Seorang warga bernama Lisman Hasibuan mengungkapkan kronologi dari aksi protes ini.

"Mereka kecewa dengan tindakan aparat di Jawa Timur dan kedua mereka kecewa katakan orang Papua membuat situasi di sana memanas," kata warga bernama Lisman Hasibuan saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/8/2019).

Kerusuhan ini menjalar hingga ke Fakfak, Papua Barat, Rabu (21/8/2019).

Pengunjuk rasa merusak, bahkan membakar Pasar Thumburuni.

Massa pengunjuk rasa pun bergerak menuju kantor Dewan Adat agar dapat membicarakan masalah tersebut dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) setempat.

Pada saat itulah, ada oknum yang mengibarkan bendera Bintang Kejora, yang kerap kali dikaitkan dengan referendum Papua.

Karo Ops Polda Papua Kombes Pol Moch Sagi membeberkan situasi tersebut hampir mirip dengan kejadian di Manokwari maupun Sorong seperti yang dikutip dari Kompas.com, Rabu (21/8/2019).

Sagi menambahkan, untuk pengamanan di Fakfak, 1 SSK BKO Brimob dari Polda Sulawesi Tenggara, diberangkatkan di wilayah tersebut.

"Untuk situasi terkini relatif aman terkendali," ujar Sagi.

Sementara itu, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara terkait kerusuhan yang terjadi di sejumlah wilayah Papua dan Papua Barat.

Presiden Jokowi mengimbau kepada masyarakat di Papua untuk sabar dan saling memaafkan.

Selain itu Presiden Jokowi juga berjanji pemerintahaan akan terus menjaga kehormatan dan kesejahteraan masyarakat Papua.

"Saudara-saudaraku, pace, mace, mama mama di Papua, di Papua Barat," ujar Jokowi.

"Saya tahu ada ketersinggungan, oleh sebab itu sebagai saudara dan sebangsa dan setanah air yang paling baik adalah saling memaafkan," lanjutnya.

"Emosi itu boleh tetapi memaafkan lebih baik, sabar itu juga lebih baik," kata Jokowi.

"Dan yakinlah pemerintah akan terus menjagga kehormatan dan kesejahteraan pak cik, mak cik dan mama mama yang ada di Papua Barat," tutup Jokowi. (*)

Sangat Kaya, Ini Jumlah Harta Ayu Ting Ting yang Baru Tinggalkan Pesbukers dan Gurita Bisnisnya

Alasan Gubernur Papua Tak Percaya Kekuatan Undang-undang Bikin Najwa Shihab Terkejut

Sekjen Federasi Kontras Andy Irfan: Jangan Salahkan Papua Kalau Ingin Pisah dari Indonesia

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved