Warga Patemon Tengaran Tak Lagi Kekurangan Air Sejak Ada Sumur Resapan
Musim kemarau selalu membawa dampak terkait ketersediaan air. Hal yang biasa terjadi di Desa Patemon, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tiap
Penulis: amanda rizqyana | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Musim kemarau selalu membawa dampak terkait ketersediaan air.
Hal yang biasa terjadi di Desa Patemon, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tiap musim kemarau ialah kekeringan.
Namun pada musim kemarau tahun ini, warga Desa Patemon yang berjumlah sekitar 600 Kepala Keluarga (KK) tidak lagi mengalami kesulitan air yang membuat aktivitas maupun pekerjaan mereka terhambat.
Hal tersebut disampaikan oleh Sugiyatmoko yang biasa dikenal sebagai Mbah Bendot, Tokoh Masyarakat Desa Patemon.
Setiap rumah di Desa Patemon memiliki sumur resapan berukuran 2x2 meter yang berada di halaman rumah mereka.
Dengan adanya sumur resapan tersebut, air yang melimpah saat musim penghujan bisa disimpan oleh warga untuk digunakan saat musim kemarau seperti sekarang.
"Kali pertama dibangun sumur resapan pada 2014 silam secara serentak dari dana swadaya masyarakat.
Kemudian sekarang sudah ada bantuan dari perusahaan berupa pembangunan dua buah sumur resapan tiap tahunnya," urainya saat ditemui di kediamannya pada Selasa (27/8/2019) siang.
Bendot menambahkan, fungsi sumur resapan ialah menyerapkan air hujan ke dalam tanah guna menambah debit air.
Ia membangun lubang tampungan bawah tanah bawah tanah berukuran kecil untuk kemudian diserap lubang sumur berukuran 2x2 meter.
Air yang terserap tersebut kemudian mengisi sumur biasa ataupun sumber mata air yang ada di Desa Patemon dan sekitarnya.
Pembangunan sumur resapan tersebut harapannya memang agar tidak lagi mengalamim kekurangan air selama musim kemarau
"Yang sebelumnya kalau musim kemarau warga selalu kekurangan air dan sumur warga banyak yang kering atau asat, setelah ada sumur resapan, sumur warga maupun sumber mata air tidak kekeringan lagi," ungkapnya.
Ia menuturkan, hingga saat ini untuk sumur warga masih menyimpan banyak cadangan air berkat pembangunan sumur resapan tersebut.
Untuk membuat sebuah sumur resapan, pada 2014 dibutuhkan biaya Rp 2,5 juta.
Saat ini, untuk membangun sebuah sumur resapan diperlukan biaya Rp 4,5 juta.
Saat ini, sekitar separuh warga Desa Patemon telah membangun sumur resapan di halaman rumah mereka.
Menurut Mbah Bendot, melimpahnya ketersediaan air di Desa Patemon tak hanya dirasakan oleh warga, namun juga oleh sejumlah perusahaan yang berada di desa.
Perusahaan tersebut membangun sumur bor dan sebagai kompensasi pembangunan sumur bor, warga mendapatkan bantuan satu unit sumur resapan dari perusahaan.
Menurutnya, selain memberikan dampak positif bagi warga desa, warga desa lain seperti Desa Jetak, Desa Butuh, dan Kelurahan Noborejo juga membangun sumur resapan untuk memenuhi kebutuhan air di desa mereka.
Selain pembangunan sumur resapan, upaya menjaga kualitas dan debit air juga dilakukan dengan penghijauan di Daerah Aliran Sungai (DAS).
"Ini semua demi menyelamatkan sumber mata air yg ada di wilayah Patemon dan sekitarnya dan utamanya sumber mata air Pemandian Umbul Snjoyo juga debit airnya naik sampe sekarang," ungkapnya.
Mbah Bendot berharap, dengan melimpahnya air di desanya, rencana untuk membangun agrowisata dapat segera terwujud. (arh)