Head Stroke Bisa Dipicu Melalui Kipas Angin, Begini Hasil Studi Terbarunya
Dalam kondisi yang sangat panas dan kering dengan indeks panas sekitar 40 derajat Celsius, penggunaan kipas angin bisa meningkatkan risiko dehidrasi.
TRIBUNJATENG.COM - Tinggal di daerah tropis, di dalam rumah tak dimungkiri akan terasa panas dan gerah.
Oleh sebab itu, sekarang ini hampir semua rumah dan gedung sudah menggunakan air-conditioner sebagai pendingin ruangan.
Tetapi tidak sedikit juga orang yang masih menggunakan kipas angin listrik untuk menghilangkan rasa gerah.
Malah terkadang bila cuaca terasa sangat panas, berdiri di depan kipas angin masih menjadi cara yang dilakukan beberapa orang.
Namun studi baru-baru ini menunjukkan, penggunaan kipas angin di suhu udara yang sangat tinggi bisa berbahaya untuk kesehatan.
Dikatakan, kipas angin tidak aman digunakan pada saat cuaca yang sangat panas dengan kelembapan yang rendah.
Penelitian yang dilakukan di Bangladesh oleh para ahli kesehatan dunia tersebut menemukan ketika indeks panas atau alat yang mengukur suhu dan kelembapan udara menunjukkan angka yang relatif rendah.
Penggunaan kipas angin bisa menaikkan tekanan darah, suhu tubuh, dan meningkatkan detak jantung.
Lembaga seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control dan Prevention) sudah merekomendasikan orang-orang untuk tidak menggunakan kipas angin dalam cuaca yang panas ekstrem (heatwave).
Karena bisa meningkatkan kerja tubuh untuk menurunkan suhunya.
Dalam kondisi yang sangat panas dan kering dengan indeks panas sekitar 40 derajat Celsius, penggunaan kipas angin bisa meningkatkan risiko dehidrasi dan heat stroke.
Ini karena ketika suhu udara sangat tinggi, kipas angin justru bisa membuat suhu tubuh bertambah lebih panas.
Tidak bisa berkeringat hingga akhirnya memicu heat stroke.
Namun demikian perlu diperhatikan bahwa kipas angin hanya bisa memicu heat stroke bila digunakan di cuaca yang sangat panas dan kering.