Reksadana Indeks Terpengaruh, Saham IDX30 Merosot
Kinerja indeks IDX30 belum cukup memuaskan sepanjang tahun ini. Indeks IDX30 cuma naik 0,12% year to date sampai Jumat (6/9) lalu
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Kinerja indeks IDX30 belum cukup memuaskan sepanjang tahun ini. Indeks IDX30 cuma naik 0,12% year to date sampai Jumat (6/9) lalu. Bandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 1,85%.
Padahal, IDX30 banyak digunakan sebagai acuan pembentukan reksadana indeks. Alhasil, kinerja reksadana yang mengacu pada indeks tersebut juga tertekan.
Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto, mengatakan, secara umum, indeks IDX30 berisi saham-saham paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi pasar besar. Saham-saham seperti ini disukai investor yang ingin keluar-masuk pasar dengan cepat, termasuk asing.
Sepanjang tahun ini, asing kerap melakukan aksi jual di pasar saham lantaran adanya ketidakpastian global, seperti perang dagang dan risiko resesi global. "Sisi negatif indeks IDX30 adalah rentan terhadap keluarnya dana asing," papar Rudi, Jumat (6/9).
Fund Manager Insight Investment Management, Camar Remoa, menyampaikan, performa indeks IDX30 yang loyo tentu berpengaruh terhadap kinerja reksadana indeks. Sebab, tujuan dari reksadana indeks adalah menjaga tracking error. Alhasil, kinerja reksadana tersebut tidak bisa jauh dari indeks acuannya.
Kinerja sejumlah reksadana indeks berbasis IDX30 memang cuma naik tipis. Reksadana Insight Index IDX30 naik 0,85% (ytd) hingga Jumat kemarin. Reksadana ini mengandalkan saham sektor finansial dan infrastruktur sebagai aset dasar portofolionya.
Camar menambahkan, pihaknya tak melakukan perubahan komposisi atau bobot portofolio reksadana tersebut, tapi hanya menjaga tracking error di bawah 1%, meski masih diperbolehkan hingga 3%.
Rudiyanto juga berpendapat, upaya menjaga tracking error agar berada di level minimum memang sangat penting. Keberhasilan suatu reksadana indeks ditentukan oleh selisih imbal hasil dengan indeks acuannya.
Sekadar catatan, Panin Asset Management memiliki Panin IDX30, yang sampai akhir pekan lalu mencatatkan imbal hasil sebesar 0,45%. Berdasarkan fund fact sheet bulan Agustus, alokasi saham terbesar reksadana ini berasal dari sektor keuangan, yakni 43,8%, dan infrastruktur 17%.
Akan naik lagi
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, reksadana indeks IDX30 masih akan populer menjadi acuan bagi MI. Alasannya, jumlah konstituen mini dan likuid.
Prospeknya pun positif ke depan. Secara jangka panjang, dalam catatan Wawan, indeks IDX30 biasanya mampu mencetak return yang lebih tinggi ketimbang IHSG. Kinerja indeks ini juga akan jadi lebih baik berkat adanya aksi window dressing di pasar saham domestik.
Camar menambahkan, di tengah kondisi pasar saham yang cenderung fluktuaktif, reksadana berbasis indeks IDX30 masih menjadi pilihan menarik bagi investor karena mewakili 60% kapitalisasi pasar di IHSG. "Ketika pasar berbalik arah, umumnya saham-saham big caps yang ada di indeks IDX30 akan bergerak naik lebih cepat dan menjadi sasaran utama investor asing," tandas dia. (Dimas Andi Shadewo/Kotan)