Cara Indonesia Memperlakukan Tahanan Terorisme Diapresiasi PBB, Lapas Nusakambangan Contohnya
Dunia internasional memuji cara Indonesia memperlakukan narapidana teroris dan upaya pencegahan radikalisasi di lembaga pemasyarakatan (lapas).
Ia melanjutkan, semua pihak, mulai dari pemuka agama, penyintas serangan bom, bahkan mantan napi teroris juga dilibatkan dalam proses deradikalisasi.
“Ada pula program pelatihan life management dan kewirausahaan bagi napi teroris.”
“Tujuannya untuk menggali potensi mereka sehingga dapat berintegrasi kembali di masyarakat suatu saat nanti,” imbuh Dirjen PAS.
Menurut dia, Indonesia berkomitmen terus memperbaiki pengelolaan napi terorisme.
Baik melalui infrastruktur gedung, hingga sarana pengamanan, serta dukungan teknologi dan informasi.
“Hubungan positif antara para petugas, pamong, dan napi juga sangat penting guna memastikan proses rehabilitasi dan reintegrasi napi yang efektif,” imbuh Utami.
Lapas Nusakambangan
Seperti diketai bersama, semua pelaku terorisme yang terjadi di Indonesia ditempatkan di Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Ini merupakan lapas khusus bagi terpidana hukuman berat, termasuk pelaku terorisme.
Contohnya para narapidana teroris dari Rumah Tahanan Negara (Rutan) Mako Brimob Depok atau pelaku bom Bali.
Selain itu, lapas di Nusakambangan dinilai paling cocok untuk menampung para napi teroris.
Sebab lingkungannya sangat ketat.
Sama seperti Alcatraz atau pun Guantanamo, Nusakambangan secara tidak langsung dikhususkan bagi napi dengan kejahatan berat.
Maka tak heran kalau beberapa sel dilengkapi dengan keamanan super maksimal.