DKK Sragen Adakan Seminar Pencegahan Stunting
Kader kesehatan, ibu hamil, wanita usia nikah, TP PKK Kecamatan/Desa se-Kecamatan Mondokan ikuti seminar Peran Keluarga dalam Mencegah Stunting.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Kader kesehatan, ibu hamil, wanita usia nikah, TP PKK Kecamatan/Desa se-Kecamatan Mondokan ikuti seminar Peran Keluarga dalam Mencegah Stunting.
Acara yang dilaksanakan di Aula KPRI Kecamatan Mondokan, Rabu (13/11/2019) ini merupakan rangkaian peringatan ke-91 Hari Ibu Kabupaten Sragen.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati dalam kesempatannya mengatakan angka stunting di Kabupaten Sragen masih tinggi.
"Kemarin angka stunting di Sragen oleh pusat mencapai 39 persen, namun kenyataannya ketika Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen mericek hanya 10,2 persen," kata Yuni sesuai rilis.
• Inspektorat Sragen Ungkap 599 Temuan Penyimpangan Pengelolaan Anggaran, Begini Tanggapan Bupati
• Pemkab Sragen Serahkan Bantuan 350 Unit Mesin Pompa Air Berbahan Bakar Gas untuk Petani
Angka tersebut dikatakan Yuni masih dibawah angka standard World Health Organization (WHO) yang mencapai 20 persen untuk stunting.
"Kami bersama-sama berkomitmen untuk menurunkan angka stunting, melalui sinergi bersama Pemda Sragen, DKK, ibu-ibu kader, serta masyarakat," lanjut Yuni.
Yuni berpesan kepada ibu hamil untuk menjaga asupan gizi, periksa kandungan secara rutin ke bidan, serta menghindari suami jika sedang merokok.
Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Hari Wahyu Nugroho mengapresiasi upaya Pemkab Sragen yang cepat merespon permasalahan nasional tersebut.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan kekurangan gizi kronis yang menimbulkan anak terlalu pendek pada usianya.
"Anak yang secara biologis mempunyai pertumbuhan kurang disertai dengan penyakit-penyakit sehingga sering sakit-sakitan, selain itu juga punya kecerdasan dibawah normal," terangnya.
"Dilihat di 1.000 hari pertama kelahiran, dicek perkembangan tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala," lanjutnya.
Dirinya menjelaskan kondisi stunting bersifat tidak bisa kembali, sehingga pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif anak terganggu secara permanen.
"Pemberian suplemen nasi, susu berbasis lemak di usia 6-24 bulan, harus dilakukan sebelum usia 2 tahun. Semakin cepat semakin baik, karena kalau sudah diatas dua tahun tidak bisa lagi di apa-apakan," pungkasnya. (uti)