Titik Yuliyanto Minta Pemberantasan Buta Aksara Tak Terpaku Angka Statistik

Dengan demikian, selagi masih ditemukan kasus orang yang tidak bisa membaca gerakan pemberantasan buta aksara belum selesai

Penulis: M Nafiul Haris | Editor: muslimah
Tribunjateng.com/M Nafiul Haris
Ketua TP PKK Kota Salatiga Titik Kirnaningsih Yuliyanto saat menghadiri peringatan Hari Aksara Internasional di Gedung Korpri Salatiga, Rabu (20/11/2019). 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Upaya pemberantasan buta aksara diminta tidak hanya terpaku pada angka-angka statistik. Karenanya statistik seringkali justru melenakan lantaran pendataan terhadap individu yang buta aksara tak selalu menyeluruh.

Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Salatiga Titik Kirnaningsih Yuliyanto dalam pembukaan peringatan Hari Aksara Internasional di Gedung Korpri Salatiga, Rabu (20/11/2019).

Menurut istri Walikota Salatiga tersebut, saat ini banyak yang malu mengakui kalau dirinya buta aksara. Bahkan, beberapa orang yang terhitung sudah lanjut usia, memilih pasrah dan tidak mau belajar aksara.

"Jangan ditutupi dan jangan malu mengakui, lebih baik lapor ke PKK, RT atau RW agar segera ditanggulangi. Semakin tua, akan semakin susah menumbuhkan minat belajar," terangnya kepada Tribunjateng.com di Gedung Korpri Salatiga, Rabu (20/11/2019).

Titik menyebutkan pada beberapa kelurahan masih ditemukan orang usia 15 sampai 59 tahun yang tidak bisa membaca meski jumlahnya tidak banyak.

Dengan demikian, selagi masih ditemukan kasus orang yang tidak bisa membaca gerakan pemberantasan buta aksara belum selesai.

Dikatakannya memasuki abad ke 21 ini, penguatan literasi harus dilakukan karena tuntutan perkembangan zaman. Termasuk didalamnya perlu disiapkan pola literasi digital.

"Misalnya penggunaan literasi digital melalui gawai harus tepat agar tidak tercipta ketergantungan. Gawai atau handphone itu memang bermanfaat, tapi bisa juga menjerumuskan,"katanya

Ia menambahkan, banyak kalangan ibu rumah tangga yang tidak mau repot kemudian anaknya diberi handphone supaya tidak rewel tetapi tidak disertai dengan pendampingan.

Kondisi tersebut lanjutnya justru berbahaya.

Karena itu para ibu diharapkan tidak hanya mencari solusi cepat, tetapi melupakan tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya.

"Maka saya minta hal-hal semacam itu tolong diperhatikan. Tujuannya agar anak tidak salah mengakses informasi atau literasi digital yang belum sesuai usianya,"ujarnya

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Salatiga, Yuni Ambarwati menyampaikan bakal menggandeng TP PKK dalam upaya pemberantasan buta aksara.

"Kader PKK tersebar hingga tingkat RT sehingga lebih paham daerahnya. Jika ada temuan buta aksara, akan diarahkan ke PKBM agar mendapat pendampingan," jelasnya. (ris)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved