Warga Sedulur Sikep Alami Diskriminasi Pelayanan di Puskesmas Undaan Kudus
Hati Budi Santoso berkecamuk melihat sang cucu yang tengah sakit tak bisa dilayani di Puskesmas Undaan.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Hati Budi Santoso berkecamuk melihat sang cucu yang tengah sakit tak bisa dilayani di Puskesmas Undaan.
Diskriminasi pelayanan ini dialami keluarga Budi lantaran warga Sedulur Sikep ini belum memiliki legalitas administrasi, terutama akta kelahiran.
Budi menceritakan, pelayanan tak ramah itu dialami Kamis (19/12) sore.
Saat itu, keluarga membawa cucunya yang masih kecil ke puskesmas karena mengalami demam, batuk, lemas, juga diare.
"Sekitar pukul 17.15, cucu saya, Aji, mengalami sakit panas, batuk, dan menceret. Saya bawa berobat ke Puskesmas Undaan," kata Budi saat dihubungi Tribun Jateng, Jumat (20/12).
Saat di puskesmas, menurut Budi, petugas puskesmas menanyakan administrasi kependudukan berupa akta kelahiran sang cucu.
Budi pun menjawab belum ada akta lantaran sebagai penganut penghayat, pernikahan orangtua Aji belum tercatat di catatan sipil sehingga belum bisa mengurus akta kelahiran Aji.
"Belum punya KK (kartu keluarga) dan belum punya akta kelahiran karena penganut penghayat. Ini masih proses mengajukan pencatayan pernikahan," kata Budi yang merupakan tokoh Sedulur Sikep Undaan yang tinggal di Desa Larikrejo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus.
Dinilai tak memiliki administrasi kependudukan, Budi mengatakan, petugas puskesmas menolak meneruskan tindakan medis. Mereka menyarankan membawa Aji langsung ke rumah sakit.
Budi pun mengaku kecewa. Sang cucu yang membutuhkan pertolongan pertama secara medis dipaksa mencari rumah sakit yang jaraknya sekitar 11 kilometer dari rumah.
Namun, tak berhenti disitu. Saat dia meminta surat rujukan, petugas juga menolak.
"Setelah petugas puskesmas bilang tidak bisa dilayani di situ, saya minta rujukan. Petugas puskesmas bilang gak usah pakai rujukan nanti sini (puskesmas) malah repot. Nelpon ke rumah sakit dan lain-lain," kata Budi menirukan.
Petugas juga minta keluarga melepas plester penutup bekas tusukan jarum infus sebelum tiba di rumah sakit. Petugas puskesmas memang sempat berusaha memasang infus namun gagal memasukkan jarum ke tangan Aji.
"Nanti nggak usah bilang kalau dari sini (puskesmas, Red), bilang kalau dari rumah langsung ke rumah sakit, gitu aja. Dan plester bekas tusukan itu nanti dilepas," imbuhnya.