Bendera merah Iran: Khamenei Janji Balas Kematian Jenderal Quds
Seorang pejabat Iran berkata, tanggapan paling pas terhadap Amerika Serikat adalah militer, setelah Jenderal Qasem Soleimani tewas diserang.
TRIBUNJATENG.COM, TEHERAN -- Seorang pejabat Iran berkata, tanggapan paling pas terhadap Amerika Serikat adalah militer, setelah Jenderal Qasem Soleimani tewas diserang.
Soleimani tewas bersama dengan wakil pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, di Baghdad, Irak, Jumat (3/1) pekan lalu.
Komandan Pasukan Quds itu terbunuh setelah konvoi mobil yang ditumpanginya dihantam rudal di Bandara Internasional Baghdad.
• Dampak Ketengangan AS-Iran Akankah Harga Premium dan Solar Naik? Ini Tanggapan Plt Dirjen Migas
• Si Kuning Antam Meroket Lagi Harga Emas Dunia Capai Level Tertinggi dalam 6 Tahun
• BERITA LENGKAP : Reynhard Sinaga Penjahat Kelamin yang Dijuluki Predator Setan Dvonis Seumur Hidup
Amerika Serikat melalui Pentagon mengakui mereka bertanggung jawab atas serangan itu. Washington menyebut, Qasem Soleimani merencanakan serangan terhadap warga AS.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyatakan, dia berjanji bakal membalas tewasnya jenderal 62 tahun itu.
Dalam wawancara dengan CNN, penasihat militer Khamenei, Brigadir Jenderal Hossein Dehghan, mengusulkan respons atas serangan AS.
"Tanggapan yang paling tepat adalah militer, dan tentu saja menyasar target militer," ujar Dehghan dilansir AFP, Minggu (5/1).
Di Masjid Jamkaran, Kota Suci Qom, Iran mengibarkan bendera merah yang kemudian disiarkan oleh stasiun televisi lokal.
Dalam tradisi Syiah, bendera merah melambangkan darah yang tumpah secara tidak adil dan panggilan untuk membalas kematian seseorang.
Konon, peristiwa serupa pernah terjadi ketika tokoh Syiah, Imam Hussain, tewas dalam Pertempuran Karbala, 680 Masehi.
Dalam konferensi pers, Juru Bicara Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi menyebut, Iran tidak berniat untuk memulai peperangan.
"Namun kami siap dalam situasi apa pun," tegasnya menambahkan, keputusan sikap mereka tergantung kepada para pimpinan.
Namun dalam wawancaranya dengan CNN, Dehghan menuturkan, AS yang sudah menyulut peperangan dengan membunuh Qasem Soleimani.
• Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini Selasa 7 Januari, Leo Seseorang Akan Mundur Jika Terus Diabaikan
"Karena itu, mereka harus menerima balasan yang sesuai dengan tindakan mereka. Satu-satunya cara untuk menghentikan ini adalah AS menerima dampak seperti yang sudah kami rasakan sebelumnya," ujar mantan menteri pertahanan itu.
Kematian Soleimani begitu mengejutkan. Pasalnya di Iran, dia dianggap pahlawan dan digadang sebagai penerus Khamenei.
Lindungi WNI
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI menyiapkan rencana perlindungan bagi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Irak dan Iran.
Rencana perlindungan WNI ini berkaitan dengan memanasnya konflik antara AS dan Iran. Kemenlu terus memantau perkembangan konflik tersebut agar dapat menyusun langkah-langkah perlindungan bagi WNI di Irak dan Iran.
"Masing-masing perwakilan juga menyiapkan rencana kontigensi dengan mengukur perkembangan dari waktu ke waktu," kata Pelaksana Tugas (Plt) Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah melalui pesan singkat, Senin (6/1).
Kemenlu pun mengimbau para WNI di Irak dan Iran meningkatkan kewaspadaannya seiring memanasnya konflik antara AS dan Iran.
"Masing-masing Kedubes kita di Irak dan di Iran sudah mengeluarkan imbauan kepada WNI untuk meningkatkan kewaspadaan," lanjut dia. (kps/afp)
• Natuna Terkini : Ratusan Nelayan Pantura Jaga Natuna dan TNI Tak Ingin Terprovokasi Kapal China
Parlemen Irak Serukan Pasukan AS Angkat Kaki
PARLEMEN Irak menyikapi serangan Amerika Serikat terhadap jenderal Iran, Qasem Soleimani, di Bandara Internasional Baghdad, dengan mengeluarkan resolusi yang berisi seruan agar pasukan AS keluar dari negara mereka.
Pada Minggu (5/1), parlemen mengeluarkan resolusi yang berisi seruan supaya militer asing segera angkat kaki. Meski begitu, resolusi yang dikeluarkan oleh parlemen tidak bersifat mengikat, dan membutuhkan persetujuan pemerintah.
Koalisi internasional yang dipimpin AS datang atas undangan Irak di 2014, untuk membantu mereka dalam mengalahkan ISIS.
Saat ini, terdapat sekitar 5.200 pasukan AS yang bermarkas di seantero negeri itu, dan bertindak sebagai penasihat.
Presiden AS, Donald Trump, merespons seruan tersebut dengan ancaman bakal menjatuhkan sanksi yang "membuat hukuman Iran seolah recehan".
"Jika mereka mengusir kami dengan cara yang tidak baik, maka kami akan menjatuhkan sanksi yang tidak akan pernah mereka bayangkan. Sanksi itu akan membuat hukuman yang diberikan kepada Iran seperti recehan," kata Trump, seperti dilansir AFP, Senin (6/).
Berbicara dari pesawat kepresidenannya, Trump menyatakan bahwa Pentagon mempunyai pangkalan udara yang sangat canggih.
"Pembangunannya butuh miliaran dollar. Kami tidak akan pergi kecuali mereka membayar biayanya," ujar Trump dikutip BBC. (kps/afp)