ngopi pagi
Belajar pada Reynhard
"Kok iso yo cah bagus, pinter, pendidikane duwur, seko keluarga terpandang, sugih, jebule kelakuane bosok
Penulis: arief novianto | Editor: Catur waskito Edy
Oleh Arief Novianto
Wartawan Tribun Jateng
"Kok iso yo cah bagus, pinter, pendidikane duwur, seko keluarga terpandang, sugih, jebule kelakuane bosok (Kok bisa ya orang yang ganteng, pandai, punya pendidikan tinggi, dari keluarga terpandang, kaya, ternyata kelakuannya busuk-Red)?" kata satu tetangga saya dalam diskusi ngalor-ngidul di pos ronda kampung, kemarin malam.
Hal itu diungkapkan menanggapi viralnya kasus Reyhard Sinaga yang merupakan pelaku pemerkosaan dan kekerasan seksual terhadap banyak remaja pria di Inggris, dalam kurun waktu cukup panjang, yaitu sekitar 2,5 tahun.
Yah, nama Reynhard Sinaga tengah menjadi perbincangan publik Indonesia hingga Inggris karena perilaku menyimpangnya. Sepanjang hari Kemarin, hastag Reynhard Sinaga sempat menjadi trending topik Twitter dengan sekitar 2.500 tweet hingga petang.
Pria asal Indonesia itu dijatuhi hukuman seumur hidup setelah terbukti bersalah atas 159 kasus pemerkosaan dan kekerasan seksual terhadap 48 korban pria remaja. Bahkan, diduga masih banyak korban lain yang belum teridentifikasi, dengan jumlah total diperkirakan mencapai 190 orang.
Dari 159 kasus yang dilakukan Reynhard Sinaga di apartemennya, terdapat 136 dakwaan pemerkosaan, dengan korbannya dilaporkan ada yang diperkosa berkali-kali.
Bahkan, kasus itu disebut-sebut menjadi yang terparah di dunia, dengan ditemukannya sekitar 800 video pemerkosaan dan kekerasan seksual yang direkam sendiri oleh Reynhard.
Menanggapi hal itu, psikolog Anak dan Keluarga dari Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan menilai, perilaku seksual menyimpang dapat berasal dari pola asuh orangtua yang keliru.
"Biasanya pelaku-pelaku seperti ini, waktu remaja atau masa kecil kurang kasih sayang dari orangtua," ujarnya.
Terlebih untuk pemilik disorientasi seksual seperti homoseksual, Adib berujar, biasanya kurang mendapat perhatian dari sosok ayah di masa-masa perkembangan. Hal itu bisa disebabkan sang ayah sibuk bekerja atau faktor lain.
"Orangtuanya hanya mengejar harta dan materi, sehingga anak hanya diserahkan ke pihak sekolah misalnya, sementara anak nggak tahu sayang itu apa," ucapnya.
Selain itu, Adib menyatakan, perilaku seksual menyimpang juga disebabkan tuntutan yang tidak seimbang. Misalnya orientasi orangtua yang hanya menuntut anak mengasah kemampuan akademik tanpa memperhatikan pembelajaran mental.
Padahal, kecerdasan akademik belum tentu berbanding lurus dengan kecerdasan mental yang dimiliki seorang individu. Menurut dia, kecerdasan mental memiliki posisi penting dalam kehidupan.
"Kecerdasan ini membuat seseorang dapat mengendalikan dan memahami dirinya sendiri, termasuk dalam gejolak seksual yang timbul," tegasnya.
Adib menambahkan, tidak dimengertinya norma dan nilai yang berlaku di masyarakat oleh pemilik disorientasi seksual dapat memperparah keadaan. "Dia merasa dunia ini tidak ada hukum, akhirnya dia tabrak saja hukumnya," tandas dia.
Tak hanya kasus Reynhard, belakangan jamak kasus yang timbul sebagai dampak dari pola asuh orangtua yang keliru, termasuk perilaku yang melanggar norma dan nilai sosial di masyarakat, terutama dilakukan remaja.
Rasanya, kasus Reynhard layak menjadi perhatian bagi para orangtua dalam mengasuh anak. Memahami dan memperhatikan kebutuhan anak, termasuk memberi kasih sayang, menjadi satu hal yang wajib dilakukan pada masa perkembangan anak, agar tidak muncul lagi Reynhard-Reinhard lain. (*)