10 Anggota Geng di Sleman Pembacok Warga Ditangkap, Beberapa Masih Pelajar
Kasus ini juga menambah daftar kasus kejahatan jalanan di eilayah DIY, mengingat belum lama ini ada kasus klitih di Bantul yang menewaskan seorang rem
TRIBUNJATENG.COM, YOGYAKARTA - Sejumlah 10 pemuda ditangkap polisi karena melakukan penganiayaan dan perusakan di sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kasus ini juga menambah daftar kasus kejahatan jalanan di wilayah DIY, mengingat belum lama ini ada kasus klitih di Bantul yang menewaskan seorang remaja.
Perusakan dilakukan salah satunya di sebuah warung penyetan di Jalan Anggajaya, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
• Seorang Pelajar Jadi Korban Klitih di Bantul Meninggal Setelah Dirawat 27 Hari, Ini Kronologinya
• Tawuran di Semarang Beberapa Hari Lalu Libatkan Pelajar dari 4 SMK Ini
• Update Natuna: Hari Ini TNI Masih Temukan 30 Kapal Asing di Laut Natuna, Jumlahnya Bertambah
• Iran Akui Tembak Pesawat Ukraina Karena Deteksi Rute Berbalik Ke Arah Pusat Militer Iran
Mereka berinisial Agw (20), Rmm (19), Es (20), Adl (17), Ap (20), Sas (20), dan Ras (20) yang semuanya warga Kota Yogyakarta.
Turut ditangkap Ra (20) Bausasran, Kota Yogyakarta, Ab (19) dan Yk (17) warga Condongcatur, Kabupaten Sleman.
"Polres Sleman dengan di-backup oleh Polda DIY telah mengungkap peristiwa yang terjadi pada tanggal 4 Januari dan 5 Januari," ujar Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto dalam jumpa pers, Jumat (10/01/2020).
Yuliyanto menyampaikan, pada 4 Januari dan 5 Januri, ada tiga tempat kejadian yakni di Jalan Moses Gatotkaca, warung makan penyetan di Jalan Anggajaya, dan di Jalan Perumnas, Gorongan.
Kapolres Sleman AKBP Rizky Ferdiansyah mengungkapkan, dari 10 orang yang ditangkap, empat masih berstatus pelajar.
"Hasil keterangan yang diambil para penyidik, jadi mereka ini anggota geng, nama gengnya street gank," tuturnya.
Awalnya kelompok ini mengadakan acara di sebuah cafe daerah Seturan, Kabupaten Sleman dan terlibat cekcok dengan kelompok lain.
Setelah itu, mereka berinisiatif untuk berkeliling dengan berboncengan menggunakan lima sepeda motor.
Sekitar pukul 11.00 WIB, mereka melintas di Jalan Anggajaya Sanggrahan, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dan melakukan perusakan di sebuah warung penyetan.
Mereka merusak kaca etalase tempat untuk menyajikan lauk, kursi, dan rice cooker.
"Kenapa ke warung, karena merasa melihat orang yang dikejar masuk ke warung itu. Kalau sama pemilik warung tidak ada hubungan sama sekali," ujar dia.
Setelah itu, beberapa orang berkeliliing kembali.
Sekitar pukul 23.30 WIB saat di Jalan Perumnas, Gorongan, Desa Condongcatur, para pelaku yakni AP, RMM, AGW, SAS, AB, dan YK berpapasan dengan seorang warga.
Tanpa sebab, mereka mengejar warga tersebut dan langsung melakukan penganiayaan.
Akibatnya korban mengalami luka di kepala akibat senjata tajam.
"Yang paling parah korbannya di Gorongan, karena sampai menimbulkan luka sobek di kepala belakang," ujar dia.
Tak sampai di situ, dua pelaku yakni Agw dan Rmm masih berkeliling menggunakan sepeda motor.
Sesampainya di Jalan Moses Gatotkaca, Desa Caturtunggal, mereka melakukan penganiayaan terhadap pengendara sepeda motor.
"Dalam kondisi mabuk, jadi pelaku menyabetkan senjata tajam ke korban dalam posisi terbalik. Korban luka sobek pada jari tangan kiri, memar pada punggung dan tangan kiri," ujarnya.
Sebanyak 10 orang ini memiliki peran masing-masing. Ada yang berperan sebagai joki dan ada yang membonceng.
Tidak ada alasan kenapa mereka melakukan tindakan itu. Ini karena para pelaku tengah mabuk.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "10 Anggota Geng di Sleman Rusak Apapun yang Dilihatnya, Bacok Warga Tanpa Alasan"
Korban klitih di Bantul meninggal setelah dirawat 27 hari
Seorang remaja yang menjadi korban kejahatan jalanan atau klitih di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada pertengahan Desember 2019, meninggal dunia.
Pelajar kelas satu di salah satu SMK Negeri itu menghembuskan nafas terakhirnya di RSUP Sardjito Kota Yogyakarta, pada Kamis (9/1/2020) malam.
FN meninggal dunia setelah berjuang melawan sakitnya selama 27 hari.
Ia mengalami patah tulang di bagian leher belakang, punggung hingga ke tulang ekor setelah motor yang dikendarainya ditendang dari belakang oleh orang tak dikenal, pada 14 Desember.
Sang Ayah, DI mengatakan, anaknya itu meninggal dunia pada Kamis, sekitar pukul 22.30 WIB dan telah dimakamkan pada Jumat kemarin.
Ratusan pelayat yang sebagian besar merupakan keluarga dan teman teman sekolahnya itu ikut mengiringi kepergian FN menuju tempat peristirahatan terakhir.
"Yang mengusung keranda anak saya sebagian adalah teman temannya di sekolahan. Mereka pakai baju Paskibra. Kebetulan anak saya itu aktif di kegiatan sekolah," terang DI saat ditemui dirumah duka di Jetis, Bantul, Sabtu (11/1/2020)
DI menceritakan, kejadian dugaan aksi klitih itu bermula ketika FN bersama teman-teman sekolahnya melakukan refreshing, bermain di pantai di daerah Gunungkidul pada 14 Desember 2019 lalu.
Seusai bermain dari pantai, FN bersama rombongan kemudian pulang mengendarai sepeda motor, melewati jalur Panggang - Siluk.
Di tengah jalan itu, FN beserta rombongan, berpapasan dengan rombongan tak dikenal mengendarai sepeda motor matic.
"Mereka membawa cat, kemudian disiramkan ke motor anak saya," terang DI.
Beruntung, cat yang disiramkan oleh gerombolan para pelaku itu tidak mengenai kepala.
Cat tumpah mengenai bagian jok belakang dan knalpot motor.
Namun aksinya tidak berhenti sampai disana.
Para pelaku yang saat itu rombongan berkisar antara 5 - 7 motor itu lalu putar balik.
Mereka mengejar rombongan FN dan teman temannya.
Aksi kejar-kejaran sempat terjadi sampai di Jalur Kebonagung dan Sriharjo.
Para pelaku mengejar dan langsung memepet motor Yamaha R15 berwarna biru yang saat itu dikendarai oleh FN.
Tanpa sebab yang jelas, seorang pelaku kemudian menendangnya.
Kontan saja, motor yang dikendarai oleh FN langsung ambruk.
"Anak saya jatuh ke aspal. Tidak ada yang luka. Tetapi mengalami patah di tulang leher belakang sampai tulang ekor," tuturnya.
Bahkan, bukan hanya motor FN yang saat itu ambruk.
Akibat tendangan dari pelaku, sedikitnya mengakibatkan lima motor teman temannya FN yang saat itu berada dibelakangnya terjatuh.
Beruntung, mereka hanya mengalami luka ringan.
FN yang saat itu terkapar kemudian dilarikan ke RS Nur Hidayah.
Menjalani pertolongan medis pertama, lalu di CT Scan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi didalam tubuh pasien.
Pasalnya, saat itu, FN mengeluh kepada ayahnya, bahwa sebagian tubuhnya tidak bisa digerakkan.
"Bagian dada ke bawah sampai tangan dan kaki anak saya, tidak bisa digerakkan," tuturnya.
Dari RS Nur Hidayah Bantul itu kemudian pelajar berusia 16 tahun itu pindah perawatan di RS Bethesda yang akhirnya dirujuk ke RSUP Sardjito, Kota Yogyakarta.
Di rumahsakit inilah, FN berusaha semaksimal mungkin bertahan.
Pelajar kelas satu di satu SMK Negeri itu berjuang keras melawan sakitnya.
Keluarga dan para sahabatnya silih berganti, setiap hari terus menjenguk dan mendoakan.
Namun, apa daya, takdir kehidupan memang sudah digariskan.
Setelah 27 hari menjalani perawatan medis, FN akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis, 9 Januari 2020 pukul 22.30 WIB.
"Padahal sebelumnya sempat membaik. Semangatnya sempat pulih pada 29 Desember. Saya waktu itu sudah senang sekali, karena dia sudah mau makan," kenang DI.
DI dan keluarganya, termasuk sang Ibunda, BA begitu sangat terpukul, kehilangan sosok anak yang dikenal supel dan pandai bergaul itu.
Meskipun telah berusaha tegar, nyatanya mereka tak kuasa menahan gemuruh di dadanya.
BA bahkan tak kuasa untuk membendung air yang terus menganak di pelupuk matanya. Ia menangis.
Kepada Tribunjogja.com, Ibunda FN itu mengaku teringat dengan sosok almarhum yang semasa hidupnya baik.
Menurut dia, anaknya itu jarang sekali keluar rumah nongkrong bersama teman temannya.
Kecuali ketika memang ada kegiatan sekolah.
Ketika hari libur pun FN lebih suka bermain dirumah bersama adiknya, M yang saat ini masih berusia 9 tahun.
Bahkan, saat FN sedang dirawat dirumah sakit, M tak pernah absen menjenguk.
Satu ketika M bahkan datang ke rumah sakit membawa raket dan shuttlecock.
"Kakak cepet sembuh. Ayok main raket lagi sama M," ucap BA, menirukan perkataan anak bungsunya itu.
Kepergian FN itu membawa luka mendalam bagi keluarga dan para sahabatnya.
Mereka berharap para pelaku segera ditangkap dan mendapatkan hukuman setimpal.
Meskipun, kata DI, tidak ada hukuman setimpal untuk membalas kepergian anaknya.
Terpisah, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bantul, AKP Riko Sanjaya mengatakan, pihaknya sudah bergerak cepat dan telah mengamankan pelaku utama, beserta rombongannya dalam kasus tersebut.
Saat ini menurut dia para pelaku sudah ada di Mapolres Bantul untuk menjalani pemeriksaan.
"Kita masih akan dalami terkait perannya masing-masing. Rencana, dalam waktu dekat ini, kita akan rilis (para pelakunya)," ujar AKP Riko.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kronologi Lengkap Seorang Pelajar di Bantul yang Meninggal Dunia Diduga Akibat Menjadi Korban Klitih