Budaya Orang Indonesia yang Tak Cocok di Sepak Bola
Ada budaya sehari-hari di tengah masyarakat Indonesia yang sebenarnya kurang cocok diterapkan di lapangan sepak bola.
Melalui penerjemah teknis tim, Timo Scheunemann, sang pelatih ternyata ingin menanyakan kesan keduanya setelah diberi kesempatan berlatih bersama Calcio Como 1907.
“Intensitas latihan dan kecepatan dalam bermain lebih tinggi, coach!” jawab Bagus.
Jawaban yang hampir sama juga dilontarkan Brylian.
“Passing mereka lebih keras dan tegas,” ucapnya.
Meski terlihat menggangguk, Walker ternyata tidak puas dengan jawaban keduanya.
“Betul, semakin tinggi level, semakin cepat permainan.
Namun, bukan itu perbedaan utamanya,” kata Walker yang kemudian membuat Brylian dan Bagus terdiam.
Di hadapan Bagus dan Brylian serta para pemain lain yang ada di dalam bus, Walker kemudian melontarkan salah satu hal penting.
Melalui tulisannya, Timo menceritakan apa yang disampaikan Walker kepada para pemain.
Menurut Walker, perbedaan utama terletak pada komunikasi yang intens.
Dalam sesi latihan di Calcio Como yang diikuti Bagus dan Brylian, setiap bola yang diumpankan selalu disertai informasi.
Sang pengumpan dan juga teman-teman di sekitar sang penerima umpan senantiasa memberi arahan yang membuat serangan menjadi efektif dan bola tidak mudah direbut lawan.
Teriakan seperti “Putar!”, “Awas! (ada lawan)”, atau “Pantulkan!” tak henti-hentinya terdengar.
“Begitulah sepak bola seharusnya dimainkan.
Semuanya menjadi lebih mudah,” ujar Walker, dikutip dari Jurnal Timo Scheunemann yang diunggah di laman programgarudaselect.