Kecelakaan Kapal
Kisah Heroik 7 Anggota TNI AD Selamatkan Penumpang Kapal yang Jatuh ke Laut Banda
Aksi heroik yang menegangkan dilakukan anggota TNI saat menolong seorang penumpang kapal yang jatuh ke laut di perairan Laut Banda.
TRIBUNJATENG.COM -- Aksi heroik yang menegangkan dilakukan anggota TNI saat menolong seorang penumpang kapal yang jatuh ke laut di perairan Laut Banda.
Momen detik-detik anggota TNI menyelamatkan seorang penumpang pada Minggu (9/2/2020) terekam kamera dan diunggah di channel TNI AD.
Ada tujuh anggota TNI yang terjun menyelamatkan seorang penumpang Kapal Leuser yang jatuh ke tengah laut tersebut.
Mereka adalah Prada Wiliam, Prada Laode, Prada Lahasdin, Prada Musa, Prada Marman, Prada Wahyudi dan Prada Arjan.
Mereka menumpangi kapal yang sama dengan penumpang yang jatuh ke laut.
Mereka diketahui tengah melakukan perjalanan menuju kesatuan barunya di Brigif 20/3 Kostrad, Timika, Papua.
Para prajurit Kostrad ini langsung refleks ketika ada seorang penumpang yang terombang-ambing di lautan.
• Jawaban Menohon Agnez Mo Saat Ditanya Najwa Shihab Soal Perkawinan
• VIRAL Uang Panaik atau Mahar Rp 3 Miliar, Ini Penjelasan Keluarga dan Sosok Pengantinnya
• Heboh Belatung di Ayam Goreng Telah Viral, Ini Pengakuan Pemilik Rumah Makan
• Kisah Ayah Bawa Bayinya Narik Angkot, Tolak Iming-iming Ditukar Mobil, Bilqis tidak Bisa Ditukar
Seorang penumpang itu bernama Dedi Bagus Setiawan, pria berusia 24 tahun yang merupakan warga Kabupaten Muna, Sulawesi Selatan.
Disebutkan, Dedi jatuh ke laut pada pukul 16.45 WITA saat sedang berada di pinggir kapal.
Melihat Dedi jatuh ke laut, penumpang lain langsung berteriak histeris dan meminta pertolongan.
Dilihat dari videonya, Dedi tampak mati-matian bertahan di tengah lautan.
Tubuhnya timbul tenggelam di permukaan air laut.
Kemudian terlihat sejumlah pria bergerak cepat menuruni anak tangga kapal untuk menolong penumpang yang jatuh.
Mereka tak lain adalah para anggota TNI. Ketujuh prajurit Kostrad itu langsung terjun ke lautan.
Terlihat mereka berenang cepat untuk menyelamatkan Dedi yang terombang-ambing.
Ketujuh anggota TNI itu terlihat akhirnya berhasil mengangkat tubuh Dedi.
Mereka saling bahu-membahu untuk membawa Dedi mendekati kapal lalu membopongnya naik ke atas kapal.
Berikut ini detik-detik aksi heroik menegangkan para anggota TNI yang terjun menyelamatkan penumpang di tengah laut.
Dari keterangan videonya, korban mengalami syok ringan. Walaupun begitu, Dedi disebut tak mengalami luka karena dapat cepat terselamatkan.
Aksi Heroik di Natuna
Aksi heroik pernah juga dilakukan oleh TNI saat menghalau kapal-kapal ikan China yang masih saja nekat memasuki perairan Natuna. Bahkan, kapal ikan asing ini dikawal kapal penjaga pantai atau Coast Guard China.
Meski pejabat Kementerian Luar Negeri China menyatakan bakal menyelesaikan persoalan perairan Natuna secara damai, kapal-kapal ikan China masih nekat berkeliaran di Natuna.
Tak hanya nekat mengambil ikan di Natuna, saat diminta oleh keluar oleh petugas kapal TNI AL Indonesia, petugas kapal China menyatakan ogah keluar dan merasa suah berada di wilayah perairan China.
Hal itu terjadi saat kapal TNI AL melakukan pengusiran terhadap kapal Chin pada Sabtu (11/1/2020).
Melalui alat komunikasi di kapal, petugas di kapal TNI AL memperingatkan kapal Coast Guard China agar memerintah kapal-kapal ikannya untuk keluar dari wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Petugas TNI AL peringatkan kapal China melalui alat komunikasi. (Tangkap layar KompasTV)
Petugas TNI AL menegaskan operasional kapal di ZEE Indonesia merupakan bentuk perbuatan ilegal.
"Kapal nelayan Anda beroperasi di perairan Indonesia secara ilegal. Anda melanggar Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia."
"Perintahkan kapal nelayan Anda untuk meninggalkan wilayah ini segera. Saya ulangi, perintahkan kapal nelayan Anda untuk meninggalkan wilayah ini segera."
"Jika Anda tidak mengikuti perintah ini, kami akan lakukan penegakan hukum," kata petugas dari Kapal TNI AU sebagaimana dikutip dari tayangan KompasTV, Senin (13/1/2020).
Bukannya mengaku salah, kapal China itu justru merasa sudah berada di perairan Tiongkok.
Ia juga meminta TNI AL untuk tidak mengintervensi mereka.
"Ini kapal penjaga pantai Tiongkok (China) 5423. Kami berpatroli di area yang berada di bawah yurisdiksi Tiongkok dan wilayah pencarian ikan tradisional Tiongkok.
"Saya adalah petugas yang bertanggung jawab di kapal ini, bertugas di wilayah laut di bawah yurisiksi Tiongkok. Jangan mengintervensi kami. Ganti," kata petugas dari kapal China.
Atas ulah kapal China yang masih berada di Natuna, TNI AL melakukan pengusiran dengan cara masuk ke konvo kapal ikan China.
Cara itu dilakukan untuk menggangu kapal-kapal ikan China yang menangkap ikan.
"Kapal ikan (China) yang sekarang ini sedang menyebar jaring atau menarik trol supaya terganggu operasional. Ya tiga tiganya (kapal TNI AL Indonesia) saya suruh masuk di dalam konvoi. Ya silahkan di ganggu biar mereka terganggu operasionalnya. Biar segera pergi."
"Ya tingkatannya mereka tidak mengusir kita justru memberikan penekanan kepada kita supaya menjaga keselamatan navigasi karena kapal kapal ikannya lagi memasang jaring.
Justru saya tekankan pada para komandan untuk masuk saja untuk ganggu kapal ikannya tersebut," kata Panglima Komanda Gabungan Wilayah Pertahanan I Laksanama Madya Yudho Margono masih dikutip dari YouTube KompasTV.
Menurut Yudho, fokus kapal TNI AL adalah mengusir kapal-kapal ikan China karena mereka melakukan penangkapan ikan secara ilegal.
Untuk kapal Coast Guard China, Yudho tidak mempersoalkan.
"Nggak usah ngurusi coast guard-nya tapi ganggu kapal ikan karena operasi ini yang ilegal adalah kapal ikannya, yang melakukan penangkapam ikan di ZEE tanpa izin sehingga ilegal. Masalah coast guard abaikan, yang penting kita mengusir kapal ikannya. Kalau perlu menangkap kapal ikannya kalau masih ngotot melakukan penangkapan ikan secara ilegal di ZEE indonesia," ujar dia.
Melalui cara itu, Yudho berharap akan ada perkembangan dalam beberapa hari ke depan.
Diberitakan sebelumnya, kapal-kapal ikan China diketahui masih menyambangi perairan Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu (11/1/2020).
Kapal-kapal itu bahkan masih menyebar jalan untuk menangkap ikan.
Atas adanya kapal-kapal China itu, tiga Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) melakukan pengusiran.
Tiga KRI tersebut KRI Karel Satsuit Tubun (KST) 356, KRI Usman Harun (USH) 359, KRI Jhon Lie 358.
Dikutip dari siaran pers Pusat Penerangan TNI yang diunggah di akun instagram Puspen TNI, @puspentni, Sabtu (11/1/2020), Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksdya TNI Yudo Margono telah memerintahkan kepada Komandan KRI untuk masuk di sela-sela konvoi kapal-kapal ikan Tiongkok dan menggangu kapal tersebut yang sedang menebar jaring.
Selain mengusir kapal-kapal asing tersebut, Komandan KRI juga memberikan pengertian kepada awak kapal asing yang mengetahui aturan harus memahami situasi tersebut.
"Jangan sampai hubungan pemerintah Indonesia-Tiongkok yang sudah terjalin dengan baik, terganggu dengan adanya kegiatan ilegal yang dilakukan oleh para nelayan Tiongkok," katanya.
Laksdya TNI Yudo Margono menegaskan apabila kapal-kapal ikan China itu tidak mau atau masih tetap bertahan di perairan Laut Natuna, maka sesuai dengan perintah Presiden Jokowi akan ditangkap dan diproses secara hukum.
China Melunak
Soal polemik Natuna, sikap China lebih lunak setelah Indonesia mengirim kapal perang dan pesawat tempur ke Natuna.
Dalam jumpa pers yang dilakukan pada Rabu (8/1/2020), Juru Bicara Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Geng Shuang mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan Natuna.
Menurut Gheng Shuang, China memiliki kedaulatan di wilayah Natuna.
Meski demikian, ia mengaku ada perbedaan klaim di wilayah Laut China Selatan antara China dan Indonesia.
Terkait hal ini, China meminta agar Indonesia tetap tenang.
"Kami berharap Indonesia tetap tenang," katanya sebagaimana dikutip dari dari situs Kementerian Luar Negeri China, fmprc.gov.cn.
China, kata Geng Shuang, ingin menyelesaikan perbedaan ini dengan cara yang tepat dan menjunjung tinggi hubungan bilateral kedua negara.
"Faktanya, kami telah melakukan komunikasi satu sama lain mengenai masalah ini melalui saluran diplomatik (Indonesia-China)," ujar Shuang.
Pernyataan yang diutarakan Geng Shuang ini, lebih lunak dibandingkan dengan pernyataan sebelumnya.
Pada pernyataan sebelumnya, China 'ngotot' jika wilayah Natuna adalah milik mereka.
Berikut pernyataan Geng Shuang pada 3 Januari 2020, lalu:
"Saya ingin menekankan bahwa posisi dan proposisi China mematuhi hukum internasional, termasuk UNCLOS.
Jadi apakah pihak Indonesia menerimanya atau tidak, tidak ada yang akan mengubah fakta objektif bahwa China memiliki hak dan kepentingan atas perairan yang relevan.
Apa yang disebut putusan arbitrase Laut China Selatan adalah ilegal, batal, dan tidak berlaku dan kami telah lama menegaskan bahwa Tiongkok tidak menerima atau mengakuinya.
Pihak Tiongkok dengan tegas menentang negara, organisasi atau individu mana pun yang menggunakan putusan arbitrase yang tidak sah untuk merugikan kepentingan Tiongkok."
(tribunjabar/Tribunnews.com/Daryono)