Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Putra Deddy Dorres, Dari Kuli Bangunan hingga Ojol, Calvin: Urat Malu Saya Sudah Putus

Predikat anak musisi terkenal dan legendaris Deddy Dores, tidak membuat Calvin Dores bergelimang harta.

tribunnews
Calvin Dores yang ditemui di gedung Trans TV, Jalan Kapten Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (25/12/2019). 

TRIBUNJATENG.COM -- Predikat anak musisi terkenal dan legendaris Deddy Dores, tidak membuat Calvin Dores bergelimang harta.

Bahkan pria yang kini tinggal bersama anak istrinya di daerah Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten itu menjalani hidup sederhana dan mandiri.

Calvin yang dulu pernah menjalani hidup sebagai kuli bangunan dan driver ojek online, kini kehidupannya mulai "membaik".

Menurut Calvin, ayah ibunya bercerai tahun 2000. Kemudian Calvin mencari kenyamanan ketenangan tinggal di rumah kakeknya.

Kemudian saat masih SMP dia kos di rumah temannya sambil ngamen.

Meski ada royalti dari lagu-lagu yang diciptakan ayahnya, namun semua itu tak cukup untuk membiayai hidupnya.

Karier bermusik pun terpaksa ia tinggalkan. Calvin harus berjuang menghidupi keluarganya dengan berbagai pekerjaan. Mulai dari kuli bangunan, driver ojek online, makelar, hingga jual beli sepeda motor.

”Dulu untuk beli rokok yang hanya Rp 1.500 - Rp 2.000 aja nggak sanggup. Makan ditanggung sama istri,” kata Calvin.

Posisi rumah kontrakannya cukup terpencil, harus melewati gang-gang sempit yang hanya muat dilintasi satu motor.

Namun, cukup menyebut nama Calvin, warga setempat langsung tahu kediamannya. Di tempat tinggalnya yang dihuni sejak lima tahun lalu itu terdapat total 10 kontrakan yang semuanya telah dihuni. Rumah Calvin sendiri bercat oranye hijau. Di jendelanya terdapat berbagai stiker komunitas dan bengkel motor.

Di halamannya berjajar berbagai sepeda motor untuk dijualnya. Termasuk motor gede yang diparkir di dalam rumahnya, Yamaha R1 hitam. Motor itu terpaksa ia parkir di dalam rumah karena halaman rumahnya tak sampai dua meter.

Hanya terdapat tiga ruangan di rumah kontrakannya itu. Ruang keluarga paling depan, kamar tidur di tengah, dan dapur serta toilet di paling belakang.

Berbagai perabot rumah tangga, mainan anak, dan gitar memenuhi ruangan keluarga. Sebuah kipas angin ia nyalakan untuk melepas sedikit pengap di ruangan tersebut.

Minggu (9/2) kemarin pria berusia 28 tahun itu menyambut wartawan Tribun Network, Mohamad Yusuf dan Jeprima dengan segelas kopi bikinan sang istri di ruangan 3 x 3 meter.

Calvin pun mulai menceritakan kisah hidup dan kariernya sejak pisah tempat tinggal dengan keluarganya, hingga kini hidup bersama anak dan istri. Berikut petikan wawancara Tribun Network dengan Calvin Dores.

Sekarang ada kegiatan apa saja?

Kegiatan sekarang off air (manggung, red) puji Tuhan ada, terus dagang motor, mediasi kontraktor sama mediasi properti. Bahasa kerennya calo. Hahaha.

Kalau untuk nyanyi seberapa sering?

Semalam nyanyi dangdut, tapi di hajatan teman sih. Kalau teman yang mengajak gue bingung mau kasih tarif.

Masih jadi driver ojek online dan kuli bangunan?

Kalau ojol sudah enggak. Terakhir Agustus 2019. Kuli juga sudah enggak, hanya waktu itu karena benar-benar enggak ada kerjaan aja.

Duit tidak punya, kebutuhan membeludak, mau tidak mau apa aja yang saya lihat saya sikat. Ada kesempatan (kerja, red) saya sikat, yang penting halal. Sempat belang juga waktu itu, ini saja masih belang tuh.

Berapa penghasilan saat itu?

Kalau nguli Rp 150.000, kalau ngecor. Kalau jadi ojol dulu pas awal-awal tahun 2016, sehari bisa Rp 1 juta. Dulu jam makan siang sempat ngopi dulu di Starbucks. Hehehe.

Sekarang paling cuma dapat Rp 200.000, paling gede Rp 300.000. Tapi kadang-kadang kalau ada meeting, jauh, saya pakai motor matic sekalian narik ojol.

Apa tak malu anak Deddy Dores jadi driver ojol?

Enggak. Urat malu saya sudah putus. Yang penting halal. Jadi kuli bangunan dan ojol karena butuh uang. Terus juga faktor kebutuhan untuk anak istri, orangtua, semua orang memang istilahnya butuh saya lah. Kalau saya diam tidak berbuat apa-apa gimana? Yang ada saja sudah saya sikat.

Pernah pakai relasi ayah untuk kerja?

Untuk di musik saya tidak minta belas kasihan sih. Kalau pun mereka (yang pernah dibantu Deddy Dores, red) masih ingat ya saya syukur dan saya tidak minta harus melakukan sebaliknya.

Enggak lah, biarin saja. Mungkin mereka sibuk, positif saja sih walaupun kadang ketika ketemu mereka pura-pura tidak kenal. Biarin saja. Kalau saya mengungkit itu amal baik papa terbuang, jadi saya ikhlas saja.

Saat ayah meninggal ada kekurangan berapa?

Sebenarnya saya dari dulu mandiri, walaupun saya broken home. Nyokap (ibu) dan bokap (bapak) itu cerai tahun 2000. Lalu saya tinggal sama kakek.

Bokap sih mungkin karena kasihan banget karena saya luntang lantung. Saya tidak betah tinggal di rumah, saya di rumah teman saya. SMP saja saya sudah tinggal di kos di Radio Dalam, dan saya ngamen.

Kalau melihat zaman dulu, rumah saya itu seperti Republik Cinta (milik musisi Ahmad Dhani di Pondok Indah). Rame, banyak orang, yang kerja sama bokap, yang cari muka.

Saya sudah hafal semua deh dan banyak. Saya sih tidak pedulikan itu, memang waktu itu saya butuh tenang, saya butuh sendiri. Makanya saya waktu itu ngekos di Radio Dalam.

Hubungan ibu dan ayah waktu itu bagaimana?

Nyokap sama bokap mah baik. Maksudnya cerai, tapi istilahnya masih hubungan terus. Malah lebih enakan seperti itu, tidak ribut katanya.

Tapi memang jadi tidak ribut-ribut. Dulu kan ribut masalah ya adalah, namanya keluarga pasti adalah masalahnya. 

Apakah saat itu hubungan ayah dan ibu baik?

Jujur kalau soal keuangan saya hampir jarang kurang dulu. Tapi saya tidak mencari hal itu. Saya cuma mencari kehangatan keluarga lah.

Itu yang saya tanam sekarang ketika saya menjadi bapak. Saya tidak mau meninggalkan anak istri lama-lama. Paling lama juga dua minggu.

Dulu ayah sering kasih biaya hidup?

Terus terang dari enam anaknya saya salah satu yang paling dekat dengan bokap. Mungkin bokap begitu karena baik hati, kasihan karena saya dulu sempat hampir putus sekolah.

Tidak mau ngurusin sekolah saya lagi karena sudah pusing sama masalah keluarga.

Dulu bukan masalah finansial, tapi masalah keluarga. Finansial mah tidak kurang saya waktu itu, tapi yang saya cari keharmonisan keluarga yang benar gitu.

Makanya dulu waktu pacaran, ketika ngapel ke tempat istri, istri mah keluarganya akur, sakinah mawadah warahmah banget, saya nangis waktu itu. Kata saya kok keluarga saya begini begitu dalam hati.

Akhirnya saya menanamkan dalam diri kalau punya istri punya anak jangan seperti ini.

Saat Calvin keluar kondisi di rumah bagaimana?

Papa sibuk kerja. Dulu kita kalau ketemuan di PIM (Pondok Indah Mal). Maaf bukan sombong ini, tapi kenyataan, riil. Itu hampir setiap hari ketemu papa di situ, ketemuan di situ bokap mungkin tahu kalau saya pikiran.

Di situlah dia manjain saya terus sampai mainan saya segudang. Mau keluar negeri, mau ke mana, saya pasti belinya mainan.

Bokap manjain saya mungkin biar pikiran saya teralihkan. Manjain ya begitu, sampai akhirnya saat saya agak dewasa saya cinta pada dunia otomotif.

Ada penghasilan selain dari ayah?

Ngamen, propertian, studio, gitulah. Nyanyi juga, saya arranger juga. Di studio bikin-bikin musik juga. Jadi teman-teman saya dulu masih sekolah, lah saya ini sekolah sambil nyari duit di studio.

Selepas bokap meninggal bagaimana ekonomi keluarga?

Down banget karena namanya manusia pasti ada kesalahannya. Kesalahan bokap, yang saya tahu dan yang saya tidak tahu.

Entah dia tertipu atau apa, kita sampai down gini. Kaget juga bukan karena tidak ada itu. Sebelumnya sih sebulan menjelang tidak ada sudah ada banyak cerita. Entah ada sangkutan di A, sangkutan di B.

Berarti ada masalah keuangan sebelumnya?

Karena bokap orangnya terlalu gampang dalam arti misalnya teman minjam duit ke dia. Dia gampang ngasih tanpa ada komitmennya.

Terlalu percaya akhirnya dibodohi terus. Kami dulu kalau ketemu teman-teman dia yang tanda kutip itu sudah tahu orang-orangnya. Wajarlah manusia punya salah gitu.

Sekarang juga bukan saya mengeluh atas kejadian itu terus saya jadi down gini, enggak. Justru saya terimakasih sama Tuhan.

Kalau tidak begitu, saya tidak mengerti cara mencari duit bagaimana. Tapi sekarang banggalah walaupun begini kondisinya, saya beli kulkas, motor, pakai duit saya sendiri.

Masih ada Royalti dari ayah?

Masih. Ini bulan depan turun. Jadi itu diwakili oleh kakak saya yang pertama di Bintaro. Dari dia biasanya kalau turun itu nanti dia forward ke kita, dibagi rata ke lima anak papa yang masih hidup. Saya anak ke lima, sebenarnya ada enam, tapi satu sudah meninggal.

Sebenarnya apa saja peninggalan ayah?

Ini yang saya bilang tadi. Karena ada kesalahan yang dibuat papa, salah investasi atau apa. Artis lawas kebanyakan begitu, terlalu berleha-leha, mungkin terlena, dia lupa.

Apa saja tumpuan penghasilan Calvin sekarang?

Marketing and endorse makanan, proyek, dan motor. Proyek ini SDA infrastruktur di seluruh Indonesia. Ini kan garapan dari pemerintah. Saya sih cuma mediasi saja, cuma istilahnya mencarikan kontraktor yang akan bekerjasama.

Sekarang ekonomi sudah membaik?

Jauh membaik. Kalau dulu sebulan sebelum papa meninggal, rokok saja saya ngutang di warung. Setelah berkeluarga, makan saya ditanggung istri.

Dulu istri kerja, sekarang sudah saya suruh berhenti kerja. Gantian saya yang kerja. Yang penting halal dan latihan ikhlas. Ya dicukup-cukupkan.

Ada beban jadi anak musisi besar Deddy Dores?

Beban kadang, jujur saja kadang beban. Kalau sedang ngobrol, terus ada yang bilang anak Deddy Dores nih, tahu-tahu segan orang. Mungkin karena aroma bokap masih kerasa. Saya juga kan masih artis baru juga. Saya mah pengin jadi pedagang saja.

Pilih bermusik atau otomotif?

Saya lebih milih otomotif. Karena lebih menjanjikan. Makanya sekarang yang saya butuhkan dana.

Tapi passion di musik masih ada?

Ada, semalam saja saya masih manggung. Tapi saya tidak menggebu-gebu karena banyak hoaks selama ini kan. Sekarang banyak yang tidak komitmen.

Ada rencana pindah rumah?

Tahun ini rencana pindah. Belum tahu mau beli rumah atau tidak, minimal punya lahan yang lumayan. Karena kan dagangan motor sudah agak banyak. Ini aja masih numpang lahan di showroom teman. Sekarang ada enam motor.

Jual beli motor lebih menjanjikan?

Karena basic saya motorsport. Katakanlah saya di komunitas masih member. Di MBC saya ikut, HDCI saya masih main, Desmo, Ducati Owner, saya masih main walaupun tidak punya motor. Tapi jual beli motor gede lebih menjanjikan.

Ada tawaran kerja terkait musik?

Iya ada beberapa tawaran kerja, yang kontrak. Cuma saya masih pilih-pilih. Saya mungkin berkarir di YouTube, karena saya juga baru bikin akun. Produksi lagu rencananya mau publish di YouTube, laku syukur tidak laku ya bagaimana lagi. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved