Human Interest Story
Kisah Maryam Bocah Pengungsi Afganistan: Saya Bersyukur Tinggal di Indonesia tak Mau Balik ke Kesana
Bagi siapapun, pendidikan adalah kebutuhan pokok yang tak boleh ditinggalkan. Tak terkecuali para imigran yang mengungsi di Semarang.
Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: Catur waskito Edy
Bagi Maryam, tinggal di sebuah tempat penampungan bersama para pengungsi dari berbagai negara, bukanlah perkara gampang.
Dia bersama anak-anak lainnya dari berbagai latar negara dan suku harus membaur.
Untuk mempermudah komunikasi, Maryam pun sehari-hari menggunakan Bahasa Indonesia dengan anak dari negara lainnya.
"Sekalian biar cepat berbaur juga dengan penduduk sekitar.
Saya bersyukur, tinggal di sini (Indonesia), orang-orangnya baik kepada saya," ceritanya.
Beragam kegiatan dan acara berhasil menghibur Maryam dan anak lainnya.
Bahkan, bisa menjadi obat untuk melupakan kenangan masa lalu di negaranya.
Beberapa anak masih trauma. Maryam dan teman-temannya menyatakan tak mau balik ke negaranya
Seperti dirasakan oleh teman Maryam yakni Alisyah.
Seperti Maryam, Alisyah berasal dari Afganistan.
Alisyah secara terang-terangan tak mau lagi pulang ke negara asalnya.

Selain keamanan yang kacau, Ali juga terbayang mengenai tragedi pembunuhan di jalanan.
Seingatnya, banyak anak-anak seusianya yang diculik.
Mereka pun dipaksa ikut berperang. Itulah sepintas masa lalu yang berusaha diceritakan Ali.
"Di Afghanistan, anak kecil seperti saya diculik.