Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Kenapa Harga Gula Naik Rp 18 Ribu dan Sebagian Harga Sembako Naik? Ini Penelusuran Tribun Jateng

Kepanikan warga karena wabah virus corona di Jakarta yang berakibat terjadinya aksi panic buying beberapa tempat.

TRIBUN JATENG/RAKA F PUJANGGA
Pedagang gula pasir tengah membungkus ke dalam plastik, di Pasar Kliwon Kudus, Kamis (5/3/2020). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Kepanikan warga karena wabah virus corona di Jakarta yang berakibat terjadinya aksi panic buying beberapa tempat.

Akibat panic buying, sejumlah harga kebutuhan pokok melambung dalam waktu singkat.

Namun hal itu tidak terjadi di Kota Semarang atau Jateng. Kalaupun harga beberapa kebutuhan pokok naik, disinyalir bukan disebabkan oleh dampak wabah coronavirus.

Tim Tribun Jateng melakukan survei harga minyak goreng, gula pasir, cabai, dan telur di beberapa pasar besar tradisional, swalayan dan minimarket menunjukkan hal itu.

Memang ada keluhan sejumlah konsumen di Kota Semarang bahwa sulit mencari gula pasir, baik di supermarket modern maupun minimarket. Bahkan jika pun ada harganya sudah naik jadi Rp 18 ribu per kilogram.

Seorang konsumen, Lastri mengaku sudah mencari gula pasir ke sejumlah minimarket tapi produk gula pasir kosong. Begitu pun di toko kelontong/tradisional tidak semua menyediakan gula pasir.

Praktik Jual Beli Lapak di Tegal, Dedy Yon : Harus tak Ada Premanisme di Kota Tegal & Oknum Bermain

Mau Tahu Daftar Ponsel Pintar Terlaris di Dunia? Di Amerika, Eropa hingga Kawasan Asia Pasifik

Hasil Lengkap dan Klasemen Bundesliga: Bayern Muenchen Makin Menjauh dari Kejaran Dortmund

Hasil dan Klasemen Liga Inggris: Pep Guardiola Kalah 7 Kali, Ancelotti Alami Kekalahan Langka

"Susah sekarang caru gula. Untung-untungan kalau dapat, harganya pun naik. Saya cek di minimarket banyak kosong, justru ada di toko kelontong tapi pembelian dibatasi," kata Lastri.

Lastri mengaku membeli gula pasir setiap hari untuk digunakan berjualan minuman. Minimal setiap harinya ia membutuhkan minimal 1 kilogram gula pasir.

Menurutnya, untuk jenis sembako lain seperti beras, minyak goreng, telur ayam masih mudah didapat. Namun harganya rata-rata naik sejak awal tahun kemarin.

Pantauan Tribun Jateng, harga gula pasir dari awalnya Rp 15-Rp 16 ribu sudah naik menjadi Rp 18 ribu per kilogram.

Sedangkan minyak goreng naik dari Rp 11 ribu menjadi Rp 12-13 ribu per kilogram. Beras serta telur ayam juga mengalami kenaikan rata-rata Rp 2.000 perkilogram.

Di Ungaran, pedagang kelontong besar di Desa Kalongan, Kabupaten Semarang, sebut saja Syahrul memberlakukan pembatasan pembelian gula pasir. Setiap konsumen hanya boleh membeli dua kilogram.

Hal tersebut disebabkan karena kulakannya pun dibatasi dari biasanya enam sak sekarang hanya boleh dua sak.

"Sehari biasanya enam sak isi 50 kilogram. Sekarang hanya bisa dapat dua sak," kata Syahrul.

Sedangkan untuk jenis sembako lain, Syahrul mengaku relatif stoknya masih aman namun rata-rata mengalami kenaikan sekitar Rp 2.000.

Khusus untuk beras ia mengungkapkan bakal terjadi lonjakan cukup tinggi yakni Rp 5.000 per kilogram.

"Sepertinya aturan dari pemerintah, tinggal nunggu waktunya sebentar lagi nanti beras naik," kata dia.

Menurutnya, kelangkaan gula pasir dan kenaikan harga sembako ini terjadi sejak munculnya isu virus corona.

Telur Ayam dan Gula Pasir Naik

Titik, pedagang sembako di Pasar Bulu Semarang, mengatakan barang-barang kebutuhan pokok yang harganya sedang naik yakni telur, gula pasir, dan kacang tanah.

Telur ayam yang semula Rp 24 ribu per kilogram kini menjadi Rp 26 ribu per kilogram.

"Gula pasir naik Rp 4 ribu. Bulan kemarin padahal masih Rp 13 ribu per kilogram. Kacang tanah sebelumnya Rp 25 ribu per kilogram, sekarang jadi Rp 27 ribu per kilogram," ucapnya.

Menurut Titik, kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok disebabkan karena menjelang bulan Ramadan yang mulai sekitar 24 April nanti.

Ia memprediksi dalam beberapa hari ke depan barang lainnya akan ikut naik.

"Perkiraan saya nanti yang lain ikut naik juga. Itu sudah biasa kalau mau puasa (ramadan)," tegasnya.

Di lain tempat, Mulyani, pedagang sembako di Pasar Peterongan Semarang, menjelaskan kebutuhan pokok yang harganya naik yakni gula pasir dan telur ayam. Sama seperti yang ada di Pasar Bulu Semarang.

"Ya ini gula pasir dan telur ayam yang naik. Naik Rp 3 ribu dan telurnya naik Rp 1 ribu," jelasnya.

Kenaikan harga tersebut sudah dia rasakan sejak sepekan yang lalu. Hal ini sudah dia prediksi karena sudah dekat dengan Ramadan.

"Biasanya memang akan naik kalau hari-hari menjelang puasa. Tapi nanti pertengahan puasa turun lagi, menjelang lebaran naik lagi," katanya.

Bagi Mulyani, adanya isu virus corona masuk ke Indonesia belum berdampak langsung pada harga kebutuhan pokok yang dia jual. Ia pun berharap kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok tidak terlalu tinggi.

"Naik tidak masalah. Asal tidak terlalu tinggi karena kasihan konsumen. Penjualan kami para pedagang sembako pun juga akan turun," tutup dia.

Stok Kebutuhan Sembako Cukup

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, Arif Sambodo, menjelaskan pihaknya mengakui jika saat ini gula pasir dan telur ayam sedang mengalami lonjakan harga.

Namun ia enggan menyebut bahwa kenaikan tersebut akibat dari masuknya virus corona ke Indonesia.

"Bukan. Itu hanya karena faktor biasa saja. Bisa karena menjelang ramadan. Termasuk telur ayam yang naik Rp 300 juga tidak karena faktor virus corona," jawabnya.

Fenomena panic buying yang pernah terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu, nyatanya tidak berdampak di Jawa Tengah.

Bahkan, Arif menegaskan stok kebutuhan pokok di Jawa Tengah cukup terjaga.

"Semua stok kebutuhan pokok masyarakat alhamdulillah tetap kondusif. Justru ada beberapa barang yang harganya turun. Seperti bawang putih, daging ayam, minyak goreng, dan cabai juga turun," katanya.

Menurutnya, kondisi masuknya virus corona di Indonesia tidak sama dengan yang ada di China.

Panic Buying yang sempat terjadi di Jakarta juga hanya bersifat sesaat, karena kepanikan masyarakat akan seperti di negeri tirai bambu.

"Apalagi untuk produk seperti masker, hand sanitizer, obat-obatan, dan vitamin sudah mulai diborong sejak Presiden Jokowi mengumumkan ada dua pasien suspect corona. Masyarakat takut efeknya akan seperti di China.

Tapi akhirnya itu tidak merembet ke daerah lain termasuk Jawa Tengah masih aman-aman saja," tutur dia.

Bila suatu hari nanti terjadi fenomena panic buying, Disperindag Jawa Tengah sudah mempunyai solusi untuk mengatasinya. Yakni, akan melakukan operasi pasar.

"Ya semoga tidak. Tapi bila terjadi tentu kami akan melakukan operasi pasar," pungkasnya. (tim)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved