Wabah Virus Corona
Kisah Ratri, Maria, dan Sita 3 Pasien Sembuh Virus Corona, Cerita Saat Divonis Hingga Diisolasi
Ratri dan sang ibu Maria Darmaningsih (pasien 2), tertular dari adiknya Sita Tyasutami (pasien 1) serta dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.
Karena kan saya sudah dengar 'oke memang virus ini yang bahaya adalah karena penyebarannya sangat cepat' dan adik saya itu positif tapi dia umurnya umur prima. Jadi dia pasti bisa sembuh dengan cepat.
Saya khawatir karena ibu saya lebih tua tapi setelah saya bicara sama dia, hari itu dia sudah nggak apa-apa, nggak batuk, nggak demam, dia senang diinfus antibiotik dan vitamin.
Tidak apa-apa, yang bikin tekanan darah mereka agak tinggi karena stres dengan pemberitaan di luar.
Jadi akhirnya mereka matikan televisi, fokus penyembuhan.
Anda sebut, ibu diberikan infus antibiotik dan beberapa obat lainnya. Sementara Anda sendiri, apa saja pengobatan yang diberikan selama perawatan?
Setiap hari suster nanya ada keluhan apa dan lagi-lagi karena ini virus, self limiting disease, nggak ada obat tertentu.
Kita cuma istirahat, minum banyak, minum vitamin, tidur yang diperbanyak.
Waktu itu saya bilang ada batuk sedikit, itu langsung dikasih obat batuk.
Saya minum, terus dua hari kemudian suster dan dokter tanya ada keluhan apa.
Saya bilang batuk saya sudah sembuh, ya sudah obat batuknya tak perlu diminum lagi, kata dokter.
Suatu hari saya dikasih obat antibiotik dan saya tanya ini buat apa.
Dia bilang, "Kalau virus kan tak ada obatnya tapi antibotik ini sifatnya untuk menangani.
Misalnya badan kita ditambah bakteri-bakteri lain, mungkin masuk dari rumah sakit, jadi supaya badannya supaya kebal.
Saya cuma minum antibiotik tiga kali terus habis itu sudah. Jadi semuanya disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Bagaimana dengan makanan selama di rumah sakit?
Kalau soal makanan mereka baik banget.
Mereka memberikan makanan dengan teratur seperti sarapan jam 6.00 atau jam 7.00, lalu jam 12.00 makan siang, lalu jam 17.30 makan malam masuk.
Terus kita dikasih asupan gizi yang benar.
Saya makannya banyak, sejujurnya saya waktu itu harus minta porsinya ditambah sedikit.
Mereka benar-benar mendengarkan.
Mereka telepon, "Mbak Ratri, saya dari departemen gizi, makanannya bagaimana, ada pantangan tidak?' Saya bilang tidak suka makan ati ampela, ikan juga.
Jadi berikut-berikutnya, ada catatannya, saya dikasih daging dan ayam.
Saya tak minum susu, ya susunya di-cut.
Selama perawatan pasti berbeda menjalani kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara menjalaninya biar tidak bosan, tidak bisa ketemu orang juga karena diisolasi?
Hari pertama senang banget karena kamar Sita dan ibu itu sebelah-sebelahan dan saya di seberangnya.
Jadi kita telepon-teleponan dan dadah-dadahan karena ada pintunya.
Sita sampai menangis karena sudah berapa hari kan kita di sini.
Ya sudah senang saja, karena kalau ada apa-apa paling tidak saya tahu, ibu sama Sita dekat sama saya.
Tapi hari keempat dan kelima kayaknya saya mulai merasa sumpek karena pertama kayaknya udara di kamar saya itu kayaknya paling panas dibanding kamar-kamar lain.
Jadi hampir panic attack karena merasa, "Aduh berapa lama saya di sini, kapan ya keluar."
Waktu itu kan belum keluar hasilnya positif atau negatif. Tapi saya sering sekali menelepon teman, keluarga, karena mereka juga harus waspada, jadi nonstop.
Akhirnya saya bikin konten di media sosial karena tak ada kerjaan.
Saya bawa laptop karena saya independent producer untuk seni, jadi saya bisa kerja di mana saja.
Kita bertiga aktif banget. Kita olahraga stretching badan. Sita sempat usaha pengen head stand di kasur terus susternya mengingatkan dari intercom, "Mbak Sita hati-hati ya infusnya."
Saya juga suka jingkrak-jingkrak di atas kasur sambil telponan kalau bosan, lalu dari intercomnya terdengar, "Mbak Ratri, jangan mundur-mundur lagi ya, nanti jatuh."
Seperti itu, lucu sih. Susternya pada baik-baik banget sih.
Lumayan berwarna sih hari-harinya dan lama-lama juga jamnya berasa cepat banget. Tiba-tiba sudah malam.
Oya, kan ada jadwal besuk suster dan dokternya, mereka harus pakai baju kayak astronot gitu karena masuk ruangan bervirus ibaratnya.
Jadi sesudah cek tensi, memberikan makanan dan lain-lain, terus keluar dan ketika memeriksa ke ruangan lain mereka itu ganti baju APD yang baru.
Setiap baju yang dipakai itu harus dibuang, jadi saya pikir biayanya lumayan besar untuk merawat kita.
Tadi sempat cerita ruang rawat inap Anda berseberangan dengan ibu dan Sita. Sebenarnya kondisi mereka berdua sekarang bagaimana?(wawancara dilakukan pada 13 Maret 2020)
"Sita yang memang harus paling healing, ada sedikit cairan di paru-parunya, tapi dia berangsur membaik," Ratri menceritakan kondisi adiknya sebelum diperbolehkan pulang/RATRI ANINDYA
Sudah baik. Jadi ibu tuh hari kedua pindah ke sini sudah nggak demam, sudah nggak batuk, cuma masih diinfus beberapa hari.
Pas hari Jumat lalu infusnya sudah lepas. Jadi ibu juga merasa sudah sehat bugar banget. Akhirnya dia nyanyi nyanyi sendiri, menari-nari biar nggak bosan.
Kalau Sita, nah, dia yang memang harus paling healing, jadi ada sedikit cairan di paru-parunya, ada suara sedikit, lalu di-nebulizer pakai uap. Dalam dua hari, ia sembuh terus sisanya tinggal batuk saja sih. Tapi dari mulai masuk sudah berangsur-angsur membaik terus.
Apa yang ada di benak Anda sesudah dinyatakan hasil tes virus coronanya negatif?
Waktu dengar hasil, "oh akhirnya". Cuma begitu boleh pulang, saya minta semalam lagi untuk menemani Sita dan ibu saya.
Tentu saya senang tapi masih terpikir, "Aduh, ibu masih di sini." Pengennya, kita tiga-tiganya pulang bareng.
Rekomendasi dari dokter sih saya tinggal dulu di rumah beberapa hari sampai seminggu maksimum.
Stay di rumah dulu, stress release juga.
Ada pesan yang mau disampaikan kepada masyarakat melalui BBC News Indonesia?
Ratri Anindya (pasien 3), Maria Darmaningsih (pasien 2), Sita Tyasutami (pasien 1) pulang ke rumah setelah dinyatakan sembuh/RATRI ANINDYA
Sejujurnya banyak yang panik. Setelah saya mem-posting konten di media sosial banyak yang bilang, "Aduh saya takut, Kak. Lapor sama dokter takut kayak Sita dan ibunya Kakak, sampai diekspose."
Nah, itu kan yang bahaya. Padahal sebenarnya kalau kita bisa menyebarkan informasi yang kondusif dan selama kita bisa jaga kesehatan kita bisa sama-sama melewati wabah ini.
Untuk masyarakat, pokoknya kita lakukan gerakan pencegahan saja terus.
Setiap hari rekomendasi minum air yang banyak, berjemur di matahari pagi karena virusnya nggak tahan panas.
Begitu merasa sakit sedikit, langsung saja tinggal di rumah karena kita tidak hanya tanggung jawab terhadap diri sendiri tapi juga lingkungan.
Bahaya kalau sampai menyebar ke orang lain. Kita nggak tahu orang lain itu record-nya seperti apa. Itu yang tidak diketahui karena penyebaran virus kok cepat sekali. Itu saja yang harus kita jaga. (BBC News Indonesia)
Pengakuan Pasien Corona yang Sembuh: Diberitahu Positif Pukul 2 Pagi, Minum Vitamin dan Antibiotik
Artikel ini sudah tayang di bbc news indonesia berjudul: Virus Corona: Pasien ketiga berbagi 'pengalaman luar biasa' sejak dinyatakan positif Covid-19 hingga akhirnya dinyatakan sembuh
• Netizen hingga Hotman Paris Ungkap Simpati ke Dokter Handoko Gunawan, Kondisinya Kini Memilukan
• Baim Wong Kena Semprot Rafathar Putra Raffi Ahmad: Om Baim Nggak Baik Sama Anak Sendiri Kiano
• Kerap Dibayar Pasien dengan Sayur, dr Handoko Gunawan Tumbang Ikut Berjuang Rawat Pasien Corona
• Upaya Ganjar Tangani Corona, Bangun Pabrik Masker di Brebes dan Tambah Produksi Alkohol di Wonogiri