Wabah Virus Corona
Sebelumnya Sudah Ramalkan Kondisi China dan AS, Ilmuwan Peraih Nobel ini Sebut Corona Kian Melambat
Sebelumnya Sudah Ramalkan Kondisi China dan AS, Ilmuwan Peraih Nobel ini Sebut Corona Kian Melambat
Sebelumnya Sudah Ramalkan Kondisi China dan AS, Ilmuwan Peraih Nobel ini Sebut Corona Kian Melambat
TRIBUNJATENG.COM - Kemunculan kasus baru Covid-19 dari hari ke hari tak ayal membuat kebanyakan orang panik.
Ratusan negara melaporkan peningkatan jumlah orang terinfeksi. Dan yang lebih membuat 'kalang kabut' yaitu terjadinya banyak kematian.
Namun, di tengah kekhawatiran akan peningkatan terus menerus pasien Covid-19 di seluruh dunia, seorang pemenang Nobel dan ahli biofisika Stanford, Michael Levitt menyampaikan pandangan optimisnya.
• Bingung Bayar Kredit? Jangan Khawatir, Presiden Jokowi Tangguhkan Cicilan 1 Tahun, Ini Syaratnya
• Warga Sukoharjo yang Positif Corona Sempat Ikut Outbound di Semarang, Kini Sukoharjo Berstatus KLB
• Terpaut 15 Tahun, Ini Kisah Cinta Didi Kempot Godfather of Broken Heart dengan Si Cantik Yen Vellia
• Suami Positif Virus Corona, 14 Hari Kemudian Istri Menyusul, Kabar Baiknya Anak Dinyatakan Negatif
"Situasi sebenarnya tidak seburuk yang mereka bayangkan," kata Levitt dilansir dari Marketwatch.com (23/3/2020).
Pemenang nobel yang satu ini juga mendapat kredit karena menyebut dengan tepat sejak dini tentang apa yang akan terjadi di China.
Ia menyebutkan jika China akan melewati yang terburuk dari wabahnya yang menghancurkan sebelum banyak pakar kesehatan meramalkannya.
Selain itu, pada 31 Januari, Cina memiliki 46 kematian baru dibandingkan dengan 42 hari sebelumnya, yang diakui Levitt sebagai tingkat pertumbuhan yang melambat.
Atas data itu, Levitt mengirim laporan optimis.
"Ini menunjukkan bahwa tingkat peningkatan jumlah kematian akan melambat bahkan lebih selama minggu depan," katanya dalam sebuah catatan yang dibagikan secara luas di media sosial Cina.
Levitt, yang memenangkan Hadiah Nobel 2013 dalam bidang kimia, juga mengatakan jumlah kematian akan segera mulai berkurang setiap hari.
Kemudian dia akhirnya megungkapkan pendapatnya bahwa puncak wabah ini terjadi di pertengahan Februari dengan penghitungan total sekitar 80.000 kasus dan 3.250 kematian.
Pada 16 Maret, China telah menghitung total 80.298 kasus dan 3.245 kematian.
Dia juga punya pandangan serupa untuk Amerika Serikat.
Sementara itu, menurutnya yang dibutuhkan di tengah wabah virus corona adalah mengendalikan kepanikan.
"Yang kita butuhkan adalah mengendalikan kepanikan ... kita akan baik-baik saja," katanya.