Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Sebelumnya Sudah Ramalkan Kondisi China dan AS, Ilmuwan Peraih Nobel ini Sebut Corona Kian Melambat

Sebelumnya Sudah Ramalkan Kondisi China dan AS, Ilmuwan Peraih Nobel ini Sebut Corona Kian Melambat

Editor: muslimah
sciencefocus.com
(Ilustrasi) Virus corona 

Levit pun menambahkan jika data tersebut tidak mendukung akan terjadinya kesuraman dan epidemologis malapetaka telah diperingatkan.

"Angka-angka masih 'berisik' tetapi ada tanda-tanda jelas pertumbuhan (penyebaran virus corona) melambat," katanya kepada kepada LA Times.

Ia mengklaim bahwa bagaimanapun, data kematian di AS mendukung temuannya.

Sekarang ada 35.224 kasus dan 471 kematian di AS, pada Senin pagi, menurut Universitas Johns Hopkins .

Pada Jumat sore, ada 16.018 kasus dan 210 kematian.

Levitt mengatakan himbauan menjaga jarak sosial dan mendapatkan vaksinasi terhadap flu sama-sama penting untuk memerangi penyebaran.

Gerakan anti-vaksin Italia yang kuat, jelasnya, kemungkinan memainkan faktor dalam ledakan kasus, karena penyebaran flu kemungkinan merupakan faktor di banyak rumah sakit dan meningkatkan kemungkinan virus corona tidak terdeteksi.

Di sisi lain, dia menyalahkan media karena memicu kepanikan dengan berfokus pada peningkatan kasus kumulatif dan menyoroti selebriti, seperti Tom Hanks dan Idris Elba, yang telah terinfeksi.

Levitt juga khawatir bahwa reaksi berlebihan dapat memicu krisis lain.

Hal itu terkait dengan kehilangan pekerjaan dan keputusasaan menciptakan masalah mereka sendiri, seperti lonjakan tingkat bunuh diri.

Pada hari Minggu, Presiden Federal Reserve Bank St Louis James Bullard mengatakan ia melihat tingkat pengangguran AS mencapai 30% dalam beberapa bulan mendatang.

Itu terjadi karena dunia terus bergulat dengan pandemi virus corona.

Jika proyeksinya terbukti benar, pengangguran akan lebih buruk daripada selama 'Depresi Hebat', yang dikenal juga sebagai zaman malaise, sebuah peristiwa menurunnya tingkat ekonomi secara dramatis di seluruh dunia.

Untuk diketahui, persitiwa tersebut mulai terjadi pada tahun 1929, yang kemudian menghancurkan ekonomi baik di negara industri maupun negara berkembang.

Pengangguran juga disebut bisa tiga kali lebih buruk daripada resesi 2007-'09.

Sementara tajuk utama semacam itu (berfokus pada peningkatan kasus) terus menyebarkan ketakutan, Levitt tetap berpegang pada pesannya yang sederhana:

Pandemi virus korona itu 'bukan akhir dari dunia.' (INTISARI)

Sumber: Intisari
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved