Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Sentilan Soimah

JANGAN kaget jika sekarang semua serba online. Bukan hanya karena kemajuan teknologi dan penerapan kecanggihan gadget di pelbagai bidang melainkan

Penulis: iswidodo | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
Iswidodo wartawan Tribunjateng.com 

oleh Iswidodo

Wartawan Tribun Jateng

JANGAN kaget jika sekarang semua serba online. Bukan hanya karena kemajuan teknologi dan penerapan kecanggihan gadget di pelbagai bidang melainkan 'dipaksa' online demi mencegah dan menghalau pandemi Covid-19 yang kini jadi momok penduduk dunia.

Virus corona telah mengubah tatanan dunia. Anak sekolah yang dulu masih dilarang bawa ponsel ke sekolah, sekarang wajib menggunakan gadget untuk belajar secara online di rumah.

Demikian juga mahasiswa kuliah daring menggunakan videocall dengan dosennya. Bahkan sidang skripsi yang sakral menegangkan, kini digelar secara online melalui videocall.

Jumatan yang merupakan ibadah wajib sekaligus ajang silaturahmi bertatap muka sesama jemaah, kini ditiadakan sementara waktu. MUI telah memastikan hal itu, meski sebagian masjid di daerah masih menggelar Jumatan.

Shalat berjamaah biasanya imam anjurkan jemaah untuk rapat dan shaf (barisan) lurus, kini justru harus renggang berjarak. Bahkan kaum muslim dianjurkan untuk shalat berjamaah di rumah bersama keluarga. Adzan di masjid atau mushala tetap dikumandangkan lima waktu, MUI anjurkan kaum muslim shalat di rumah.

Kehadiran pekerja atau karyawan di kantor tempatnya bekerja yang dulu suatu kewajiban dan nilai plus, sekarang justru perusahaan suruh mereka bekerja di rumah.

PNS silakan bekerja dari rumah. Padahal dulu Pemda mengerahkan Satpol PP untuk mendata dan sidak mengontrol kehadiran ASN di kantor.

Dinas-dinas yang dulu mengadakan even berusaha keras agar bisa menghadirkan banyak orang, makin banyak peserta tampak lebih sukses acaranya. Sekarang tidak. Hindari kerumunan massa.

Akses jalan protokol ditutup, gang-gang di perumahan maupun di pedesaan dipasang pagar atau kayu melintang pertanda dilarang lewat. Semua itu terjadi gara-gara virus corona.

Hari ini tanggal 6 Sya'ban atau dikenal sebagai Ruwah yaitu bulan arwah. Banyak kaum muslim mengadakan ziarah kubur di bulan Ruwah atau Sya'ban ini. Tradisi Nyadran besar-besaran dan meriah sebagai agenda wisata religi saat ini ditiadakan, karena pandemi Corona.

Setelah Sya'ban disusul Ramadhan yaitu saatnya kaum muslim berpuasa wajib. Shalat tarawih berjamaah, tadarus Alquran di masjid-masjid dan surau, pembagian takjil, buka puasa bersama, sahur on the road, pengajian kultum dan seterusnya ditiadakan. Semua dikerjakan di rumah masing-masing.

Tiket kapal, kereta api dan pesawat sudah fullbooking sejak jauh hari sebelum Idulfitri. Perantau merasa senang jika sudah punya tiket pulang kampung. Itu gambaran tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya.

Sekarang tidak. Jangankan berebut tiket, moda transportasi batasi dan batalkan perjalanan. Jangan mudik tahun 2020 ini. Tahanlah kerinduan akan bertemu orangtua, sanak saudara, kerabat, tetangga.

Memang berat menahan diri untuk tidak makan hidangan istimewa di hari Lebaran bersama keluarga besar. Tapi jika masih cinta dan ingin semua sehat, harus bisa menahan diri.

Lakukanlah secara online. Bisa videocall atau telepon biasa. Cuma diminta di rumah saja kok ngeyel, begitu Sentilan Soimah untuk kita semua agar jangan mudik demi menjaga kesehatan orang-orang yang dicintai. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved