Tokoh Olahraga
Kisah Perjalanan Bob Hasan: Raja Kayu Anak Juragan Tembakau Kedu
Bahkan membangun gedung PB PASI pun menggunakan dana pribadi Om Bob. Agar atletik Indonesia merajai Asia Tenggara.
Bob Hasan juga pernah menjabat sebagai Menteri di era Presiden Soeharto pada 1998. Saat itu, Bob dilantik sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia pada Kabinet Pembangunan VII.
Di sisi lain, atas jasanya meningkatkan kerja sama dan pembinaan atletik, Federasi Atletik Jerman (DLV) memberikan penghargaan tertinggi "Goldene Ehren Packeten" kepada Bob Hasan.
Diberitakan Harian Kompas, 26 Juni 1984, kerja sama tersebut dilakukan dengan pengiriman pelatih maupun atlet untuk berlatih di Jerman Barat. Selain itu, turut juga mendatangkan pelatih Jerman Barat ke beberapa provinsi di Indonesia.
Konglomerat itu meninggal dunia di usia 89 tahun. Bob Hasan diketahui mengidap penyakit kanker dan telah menjalani perawatan secara intensif sejak tiga bulan terakhir.
Para atlet dan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) tentu yang paling kehilangan sosok Bob Hasan.
Sejak 1976 Bob Hasan menjadi Ketum PB PASI. Dia jadi Ketum sekaligus penyokong dana untuk kemajuan atletik di Indonesia.
Om Bob, panggilan akrab Bob Hasan, seperti dua sisi mata uang. Di dunia bisnis, perhitungan salah satu konglomerat tanah air itu amat cermat dalam mengelola setiap unit usahanya.
Dia sosok pengusaha yang tak sayang uang demi kemajuan olahraga terutama atletik. Dia bos perusahaan kertas Georgia Pacific, lanjut judi Kalimanis Group. Raja Kayu ini juga meluaskna bisnisnya di sektor keuangan, asuransi, dan otomotif.
Dia sosok dermawan senior. Buktinya gedung asrama pelatnas PB PASI dibangun menggunakan dana pribadinya.
Om Bob berani kucurkan dana pribadi untuk biayai seluruh ongkos dan akomodasi para atletnya yang berprestasiberjuang di luar negeri demi mengharumkan nama bangsa. Dia pimpin PB PASI selama 44 tahun hingga tutup usia.
Selama kepemimpinan Bob Hasan, muncul nama-nama atlet cabang atletik kebanggaan Indonesia antara lain sprinter Indonesia Purnomo Yudho, Mardi Lestari, Supriati Sutono (pelari jarak jauh), Suryo Agung Wibowo (sprinter), Triyaningsih (lari jarak jauh), Dede Irawati (lari gawang), Maria Londa (lompat jauh), hingga yang terkini pelari cepat fenonemal, Lalu Muhammad Zohri.
Suryo Agung misalnya, pernah tercatat sebagai manusia tercepat di Asia Tenggara yang diciptakan pada SEA Games 2009 Vientianne, Laos.
Rekornya diraih dengan catatan waktu 10,17 detik. Catatan waktu itu sempat bertahan selama 10 tahun dan akhirnya dipecahkan oleh Lalu Muhammad Zohri pada Kejuaraan Atletik Asia 2019. Catatan waktu Lalu Zohri saat itu 10,15 detik.
"Memang sangat jarang orang seperti Beliau. Tapi, saya memilih sikap otimistis ke depannya harus ada yang menggantikan peran Bapak untuk masa depan atletik Indonesia," terang Suryo Agung, saat akan melayat ke rumah duka, Selasa (31/3).
Selamat jalan Om Bob, kiprah perjuanganmu memajukan atletik Indonesia akan selalu dikenang. (kompas/cnn/wid)