Wabah Virus Corona
Ini Penyebab Kasus Corona di New York Amerika Serikat Paling Banyak di Dunia
New York memiliki jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia, dan sekitar separuh korban meninggal di Amerika Serikat ( AS) akibat virus corona
"NYC memiliki semua prasyarat yang akan memperkuat alasan kenapa dampaknya terparah," kata Irwin Redlener, profesor kesehatan masyarakat dan pakar persiapan bencana di Universitas Columbia.
2. Apakah pejabat meremehkan risiko?
Pada 2 Maret ketika kasus kedua dikonfirmasi di New Rochelle bagian utara NYC, Cuomo mengatakan sistem perawatan kesehatannya adalah yang terbaik "di planet ini."
"Kami bahkan tidak berpikir itu akan sama buruknya dengan di negara lain," tambahnya saat itu, dikutip dari AFP.
Setelah banyak keraguan melingkupi, akhirnya Wali Kota New York City Bill de Blasio mengumumkan penutupan sekolah, bar, dan restoran mulai 16 Maret.
Gubernur lalu memerintahkan semua bisnis yang tidak penting untuk ditutup, dan seminggu kemudian penduduk diperintahkan tetap di rumah mulai 22 Maret.
Para ahli mengatakan, kebijakan ini butuh waktu terlalu lama untuk ditempuh.
"Wali kota dan gubernur saling tarik menarik antara dua kekuatan yang berlawanan."
"Yang satu mengatakan kita harus menutup sekolah dan restoran secepat mungkin, yang lain mengatakan ada banyak konsekuensi ekonomi dan sosial dari menutup semuanya lebih awal," kata Redlener.
"Semua orang mendapat pesan yang bercampur, termasuk dari pemerintah federal, dari (Presiden Donald) Trump," imbuhnya.
3. Apakah reaksi di negara bagian lain lebih baik?
California negara bagian terpadat di AS, sering dicontohkan sebagai yang terbaik dalam merespons wabah virus corona.
Hingga Jumat (10/4/2020) California mencatatkan total 20.200 kasus dengan 550 korban meninggal.
Pada 16 Maret enam kabupaten di wilayah Teluk San Francisco mengeluarkan perintah untuk tetap di rumah, lalu diikuti secara keseluruhan oleh negara bagian 3 hari kemudian.
"Satu hal yang saya anggap signifikan adalah bahwa 6 kabupaten tetangga berkumpul dan mengeluarkan perintah (larangan keluar) yang sama, dan mereka melakukannya lebih awal," kata Meghan McGinty seorang doktor di sekolah kesehatan masyarakat Universitas Johns Hopkins.