Ngopi Pagi
FOKUS Erwin Ardian : Bijak Menghadapi Corona
Pelan tapi pasti, tatanan dunia mengalami perubahan yang signifikan pasca-merebaknya Corona Virus Disease 2019 (Covid 19). Berawal dari Wuhan pada Des
Penulis: Erwin Ardian | Editor: Catur waskito Edy
Oleh Erwin Ardian
Wartawan Tribun Jateng
Pelan tapi pasti, tatanan dunia mengalami perubahan yang signifikan pasca-merebaknya Corona Virus Disease 2019 (Covid 19). Berawal dari Wuhan pada Desember 2019, virus corona yang tak bisa berjalan sendiri, bergerak cepat ke berbagai belahan dunia melalui penularan tubuh manusia.
Data terakhir yang dilansir, Worldometers, virus corona sudah menjelajah hingga 210 negara. Dari 2.017.174 orang yang terinfeksi di seluruh dunia, 492.019 di antaranya sudah sembuh, 128.011 orang tak bisa diselamatkan, sisanya masih dirawat di rumah sakit.
Di Indonesia, meski perkembangannya tak secepat di Benua Biru Eropa, data terakhir menunjukkan jumlah orang yang terinfeksi sudah mencapai 5.136, 446 di antaranya sembuh, namun 469 jiwa meninggal.
Menangani dampak yang terjadi akibat penyebaran virus corona, bak makan buah simalakama. Dimakan ibu mati, tak dimakan bapak mati. Seperti diketahui, virus ini hanya bisa bergerak dengan bantuan manusia. Tanpa menempel di tubuh manusia, corona akan mati dengan sendirinya.
Melihat teori ini sebenarnya tak sulit menghentikan penyebarannya. Jika setiap orang di seluruh dunia berhenti menemui orang lain selama dua minggu dalam waktu yang bersamaan, corona akan musnah dari muka bumi. Tapi kenyataan tak semudah itu.
Seperti halnya Planet Bumi yang terus berputar mengelilingi Matahari, pergerakan manusia ternyata tak bisa dihentikan seketika. Ada konsekuensi besar yang menghantui. Apa yang tengah kita rasakan saat ini adalah salah satu konsekuensi. Krisis ekonomi menghantui dunia ketika perjuangan mencegah penyebaran virus dilakukan.
Semakin ketat pemerintah negara manapun menjalankan strategi untuk mencegah penyebaran corona, semakin besar dampak ekonomi yang dirasakan. Semua pemimpin dunia seolah sepakat, dampak ekonomi sebesar apapun bisa dikembalikan, namun tak ada pemerintahan yang bisa mengembalikan dampak kematian.
Jelas. Semua negara, diawali oleh China, mengambil kebijakan untuk menghentikan pergerakan virus, dampak ekonomi yang akan terjadi coba diperlambat dengan berbagai program meski sulit. Melihat kenyataan ini, warga negara yang baik hanya bisa mengikuti kebijakan pemerintah. Percayalah, apa yang pernah kita perdebatkan mengenai penanganan wabah ini sudah pernah dibicarakan di meja pimpinan pemerintahan.
Perlu diingat, sebaik apapun kebijakan yang diambil, tak akan efektif tanpa support warga. Tak ada pilihan lain. Semakin warga tak mendukung, penanganan wabah ini akan semakin sulit, dan dampak yang akan kita rasakan sekain lama.
Sejak pertama kali Presiden mengumumkan penemuan pasien pertama covid 19 di Indonesia, pemerintah sudah menetapkan cara-cara pencegahan penyebaran virus. Hasilnya, kita bisa melihat, pergerakan virus di Indonesia tak secepat di Amerika Serikat, Italia, Spanyol dan beberapa negara lain.
Namun semua itu masih jauh dari aman. Kita bisa melihat Rusia yang memiliki 3.388 kasus baru dalam sehari terakhir. Kini tak ada yang bisa dilakukan kecuali pasrah mengikuti kebijakan pemerintah. Tidak sulit. Jaga jarak, jaga kesehatan, dan tidak mudik, itulah sebagian sumbangsih yang bisa dilakukan untuk bangsa ini. (*)