OPINI
OPINI M Issamsudin : Mencegah Bentroknya TNI-Polri
Di tengah pandemi virus corono atau Corona Virus Desease (COVID-19), patut disesalkan kalau di daerah Mamberamo Raya Papua, terjadi baku tembak
Oleh M Issamsudin
Dosen STIKOM Semarang, tinggal di Semarang
Di tengah pandemi virus corono atau Corona Virus Desease (COVID-19), patut disesalkan kalau di daerah Mamberamo Raya Papua, terjadi baku tembak yang melibatkan anggota TNI dan Polri. Terlebih sampai jatuh korban jiwa.
Peristiwa tersebut sepertinya menjadi penambah deret cerita tentangsering terjadi bentrok antara oknum anggota TNI dengan oknum anggota Polri. Syukur bila peristiwa tersebut dapat diselesaikan dan diproses sesuai aturan hukum yang berlaku. Ketegasan itu perlu agar peristiwa yang sama tidak terjadi lagi. Ikrar perdamaian antara TNI dan Polri yang biasanya dilakukan pasca bentrok, sudah seharusnya dijaga bersama dengan prinsip saling menghormati.
Berdasarkan fakta yang ada, selama ini minimalada dua alasan utamayangmenjadi pemicuterjadinyabentrok anggota TNI dengan anggota Polri. Pertama, adanya salah paham di antara para pihak, atau oknum, yang kemudian dibawa sebagai masalah institusi. Kedua, adanya korban dari salah satu atau kedua belah pihak, bisamenjadi dendamberkepanjanganbila tidak terbalas.
Disadari atau tidak, kedua hal itu bisa menjadi ’penyemangat’ bagikedua belah pihakuntuk tidak mau ada korban di pihaknya. Apalagi kalau sebelumnya sempat atau sampaidisebut sebagai biang kerok, tidak mau dikalahkan dan merasa yang lebih hebat.Di sinilah rasasolidaritas, hormat dan kecintaan yangpada korpsakan muncul danalasan untuk tidak mau diremehkan oleh pihak lain.
Bisa jadi, apapun akan mereka lakukan, bila perlu bertaruh nyawa demi kehormatan korps. Soal dipecat, itu soal lain, yang penting dapat menjadi bagian penjaga harga diri, teman satu korps dan kehormatan korps.Itu sebabnya, siapapun yang terlibat, harus segera diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Tidak boleh ada diskriminasi dan ada pelanggaran HAM dalam penanganannya demi kepentingan bangsa dan negara.
Ketegasan itu penting. Tambil bersama dan kompaknyapara petinggi TNIdenganPolri, harus ditingkatmantapkan hingga tingkat bawa. Kekompakan seharusnyaterusdiwujudkanbersama. Termasukmelalui program kebersamaan TNI dan Polri. Ini pentingagar kekompakan yang ada tidaklahsemu.
Program kebersamaan perlu ditambahgunalebih memupuk kebersamaan dan menekan potensi bentrok. Sebut saja program sosial keagamaan dan bhakti masyarakat bersama. Para pemimpin TNI dan Polri harus dapat lebih banyak ikut turun ke bawah, berbaur bersama, syukur juga dapat pula melibatkan masyarakat.
Hal itu dimaksudkan agar tumbuh dan berkembang kekompakan TNI dengan Polri didukung warga masyarakat. Masyarakat, bangsa dan negara ini sangat membutuhkan kekompakan riil TNI dengan Polri. Bukan kekompakan yang semu atau hanya ada di kalangan pimpinan saja. Tidak kalah pentingnya perlu juga diadakan operasi bersama di tempat-tempat yang selama ini sering menjadi tempat rawan dan pemicu bentrok TNI dengan Polri.
Untuk operasi bersama tempat-tempat rawan,akan sangat efektif karena dari situlah biasanya bentrok terpicu.Ironis memang kalau bentrok dipicu dari tempat seperti itu karena TNI dan Polri tidak boleh di tempat seperti itu di luar kedinasan. Lebih ironis kalau bentrok terjadi karena ada yang menilai rendah korps atau pihak lain.
Rasa cinta, hormat dan menjunjung tinggi korps adalah kewajiban, namun tidak boleh menganggap korps lain atau pihak lain rendah.Bagaimanapun juga, dalam kewajiban itu terdapat keharusan setiap anggota TNI atau Polri untuk menghormati koprs atau pihak lain.
Semua anggota TNI dan Polri perlu melakukan reaktualisasi jati diri dan tugas pokok serta fungsi masing-masing, yang harus selalu mengutamakan pengabdian terbaik pada masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)..
Bila sampai mereka bentrok dan lagi-lagi bentrok, lalu disertai adanya unjuk kekompakan yang semu, bisa jadi yang muncul adalah kemarahan dan dendam yang mendalam.Pengabdian yang mereka lakukan adalah sebuah keharusan dan harus pula pengabdian yang terbaik.
Hal ini perlu mendapat perhatian dan penekanan karena terkait masa depan yang penuh tantangan serta harus disikapi dengan jiwa ksatria. Jiwa ksatria bagi setiap anggota TNI dan Polri, terlebih yang perwira, mutlak harus ada. Kalau tidak, mereka akan terjebak ke dalam berbagai kesesatan yang memperdaya posisinya sebagai seorang anggota TNI maupun Polri di samping tidak professional dan ketinggalan jaman.