Liputan Khusus
LIPUTAN KHUSUS: Pengakuan Mantan Napi Seusai Bebas Program Asimilasi hingga Warga Takut Berulah Lagi
Dari 38.822 narapidana yang dibebaskan Kemenkumham, 2.000 orang di antaranya adalah napi dari beberapa Lapas di Jawa Tengah.
"Jadi tiap hari kami tetap absen. Laporan di grup WA berupa foto atau video. Kalau saya laporannya kegiatan bersama keluarga atau saat cuci motor. Alhamdulillah, teman-teman satu grup juga kompak semua," imbuh Hanung.
Saat dilepas oleh pihak Lapas, Hanung tidak dibiarkan keluar begitu saja. Setiap napi yang mendapatkan jatah asimilasi wajib dijemput oleh keluarga inti.
"Iya benar itu. Harus dijemput oleh keluarga inti. Jadi biar sama-sama tahu, bahwa saya sudah keluar penjara. Pihak keluarga juga diminta membuat surat pernyataan untuk mengawasi saya selama berada di rumah," beber dia.
Sebelum mendapatkan program asimilasi, Hanung sudah mendekam di dalam sel selama tiga tahun lebih dua bulan.
Hal itu harus ia jalani karena terlibat dalam kasus PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak). Saat dipilih masuk dalam program asimilasi napi, Hanung mengaku tidak dipungut biaya sepersen pun.
Mulai dari proses administrasi hingga pelepasan, pihaknya tidak pernah mengeluarkan biaya.
"Saya dan keluarga tidak ada yang dimintai. Semua benar-benar gratis. Tidak ada pungutan," pungkasnya.
Kondisi Lagi Sulit
Warga Kota Semarang bernama Vincencia Evellyn yang tinggal di Batan Miroto, mengaku khawatir dengan kondisi keamanan saat ini.
Sebab sejak pemerintah membebaskan napi yang mendapat asimilasi, ada kemungkinan napi-napi itu berulah lagi.
"Apalagi di saat serba susah seperti saat ini. Banyak orang dirumahkan dan tidak mendapatkan penghasilan. Ini kalau sudah urusan perut, bisa saja mereka (napi) melakukan kejahatan lagi," tuturnya.
Menurutnya, seharusnya para narapidana lebih aman dari virus apabila tetap di dalam lapas. Sebab, tidak bersinggungan langsung dengan orang lain dan mudah untuk dikontrol.
"Kalau di dalam lapas mereka ketemunya dengan siapa saja kan jelas. Kalau yang bisa keluar masuk sipir, ya sipirnya yang harus diawasi. Supaya tak membawa virus ke dalam lapas," terangnya.
Untuk terhindar dari tindak kejahatan di jalan, dirinya kemudian lebih memilih melakukan aktivitas di rumah. Terlebih saat ini sedang ada pandemi covid-19 yang berbahaya.
"Kalau kemana-mana sekarang jadi was-was. Ya sudah mending di rumah saja. Apalagi juga sedang banyak penyakit," imbuh dia.