Mutiara Ramadan
Jenis dan Tingkatan Orang Puasa di Bulan Ramadhan
PUASA dalam bahasa Arab disebut shiyam atau Shaum. Makna Kedua kata terakhir ini menurut bahasa adalah Imsak yang artinya menahan.
Oleh KH Hudallah Ridwan Na’im
Sekretaris Umum PWNU Jateng
PUASA dalam bahasa Arab disebut shiyam atau Shaum. Makna Kedua kata terakhir ini menurut bahasa adalah Imsak yang artinya menahan.
Beberapa menit sebelum adzan Subuh selama bulan Ramadhan banyak masjid dan mushala memperdengarkan kata al-imsaak, maksudnya adalah sudah waktunya menahan makan, minum dan hal-hal lain yang membatalkan puasa, karena batas akhirnya, yaitu waktu subuh sebentar lagi akan tiba.
Hal ini merupakan bentuk kasih sayang para Kyai dalam ngopeni umat dan jamaahnya, agar dalam menikmati santapan sahur tidak ada rasa khawatir kebablasan sampai menerjang batas akhir yaitu waktu subuh.
Manusia dan Larangan dalam Agama
Allah SWT menurunkan agama dan mengutus Rasul-Nya untuk menjaga kemaslahatan dan kebaikan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karenanya, seluruh larangan dan perintah dalam agama untuk kebahagiaan manusia.
Terkait dengan larangan agama, ada tiga tipe manusia; pertama: menahan untuk tidak melakukan sebagian perkara yang dilarang dan melakukan sebagian yang lain ;
kedua: Menahan untuk tidak melakukan semua perkara yang dilarang, tapi fikirannya masih tergoda untuk melakukan; ketiga: tidak terlintas baik dalam fikir maupun angannya untuk melakukan sesuatu yang dilarang.
Jenis dan Tingakatan Puasa
Puasa atau Shiyam yang artinya menahan - yakin menahan tidak makan, minum dan berhubungan intim suami istri dari terbitnya fajar sampai terbenamnnya matahari- bisa dikategorikan sesuai dengan relasi manusia dengan perkara-perkara yang dilarang oleh agama.
Pertama: puasanya orang yang menahan dari larangan-larangan khusus di waktu puasa (yang membatalkan puasa), seperti makan ,minum, menggauli istri/suami dll, tapi tidak menahan dari larangan-larangan umum, yaitu hal-hal yang dilarang baik waktu puasa atau tidak dalam waktu puasa.
Orang tersebut dari pagi sampai sore, menahan tidak makan, minum dan berhubungan intim, tapi tetap masih menebar fitnah, hoax, kebenciaan terhadap sesama manusia, kebencian terhadap negara dan memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Sungguh ironi memang, di saat dia haus dan lapar saja tidak bisa merasakan penderitaan orang lain/rakyat, apalagi di saat perut kenyang. Tipe ini telah disinggung oleh baginda Rasulullah SAW,
"Banyak orang yang puasa dia tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari puasanya kecuali haus dan lapar.” Baginya puasa terasa menjadi beban yang memberatkan dan tidak bisa membuatnya tenang dan bahagia.