Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Narsistik dan Hasrat Berkuasa

Klaten menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet, beberapa hari terakhir. Sayangnya, bukan karena prestasi yang patut dibanggakan

Penulis: rika irawati | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/grafis/bram
RIKA IRAWATI wartawan Tribun Jateng 

Oleh Rika Irawati
Wartawan Tribun Jateng

Klaten menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet, beberapa hari terakhir. Sayangnya, bukan karena prestasi yang patut dibanggakan sehingga menghadirkan beragam pujian. Yang ada, cibiran hingga olokan netizen yang di antaranya warga Klaten, kepada pimpinannya, Bupati Sri Mulyani.

Kejadian ini bermula saat netizen mengunggah foto hand sanitizer berbalut stiker Sri Mulyani. Saat stiker tersebut dilepas, ternyata, ada stiker lain yang menerangkan hand sanitizer tersebut merupakan bantuan Kementerian Sosial. Berawal dari unggahan itu, satu per satu terkait kiprah berlebihan Bupati Sri Mulyani pun dibagikan netizen asal KlaX (baca: Klaten).

Di antaranya, foto Sri Mulyani dalam kemasan beras Rojolele hasil rintisan Litbang Bappeda, Batan RI, dan Pemkab Klaten di masa pemerintahan Sunarna. Sunarna merupakan suami Sri Mulyani yang menjabat bupati Klaten dua periode, 2005-2015. Ada juga foto Bupati Sri Mulyani dalam tas kresek merah berisi paket bahan pokok bagi warga terdampak wabah corona.

Tak cukup, warganet menunjukkan foto Bupati Sri Mulyani yang dinilai tak malu masih memiliki warga kurang mampu saat mengacungkan jempol setelah menempel stiker 'Keluarga Miskin' di rumah seorang warganya. Seolah belum puas, ada netizen yang mengunggah video parade baliho bergambar Bupati Sri Mulyani di sepanjang jalan utama Klaten yang menghubungkan Solo-Yogyakarta.

Entah bermaksud menyindir atau hanya guyon, putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, lewat akun Twitter miliknya di @kaesangp, ikut meramaikan. Sambil mengunggah logo usaha makanan Yang Ayam miliknya, Kaesang menambahkan tulisan "Saya mau buka Yang Ayam di Klaten tapi takut logo saya diganti".

Cuitan ini pun langsung disambar pengikutnya lewat mengganti logo Yang Ayam berupa gambar Kaesang berblangkon menjadi wajah Bupati Sri Mulyani.

Hal ini tentu saja bukan sekadar ulah narsistik. Sebagai bakal calon bupati yang menyatakan siap maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 Klaten, kader PDI Perjuangan itu dimungkinkan memanfaatkan kesempatan-kesempatan ini sebagai kampanye terselubung.

Cara serupa pernah dilakukan Bupati Karanganyar Rina Iriani saat mencalonkan diri di periode kedua kepemimpinannya (2008-2013) atau di pilkada langsung yang waktu itu baru pertama dilaksanakan.

Karanganyar yang memiliki 17 kecamatan dengan 117 desa dan kelurahan itu ternyata tak bisa sering dijangkau dalam lima tahun masa kepemimpinan. Lewat bantuan yang dikemas dalam wadah bergambar Rina, warga pelosok mudah mengingat nama dan wajahnya di hari pencoblosan.

Apalagi di Klaten. Daerah berjuluk 'Bersinar' ini memiliki 26 kecamatan terbagi atas 10 kelurahan dan 391 desa. Sri Mulyani harus memanfaatkan segala ruang dan waktu yang tersisa untuk membranding diri.

Sudah bukan rahasia jika incumbent memiliki kesempatan besar melakukan kampanye terselubung memanfaatkan anggaran negara. Termasuk, mencuri start berkampanye di tengah jadwal pilkada yang masih jalan ditempat akibat wabah corona.

Aksi Sri Mulyani ini pun telah disemprit Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jateng. Jika melihat kondisi ini, masih layakkah pemimpin yang berlaku tak etis dipilih lagi?

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved