Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Belajar di Rumah

Weni Tetap Bayar SPP meski Anaknya Belajar di Rumah

Pandemi covid-19 (Corona Virus Diseases-19) telah mengubah banyak aspek kehidupan masyarakat.

tribunjateng/bakti buwono
ANAK ANAK BELAJAR DI RUMAH PINTAR DI SEMARANG 

Weni menceritakan, dari ketiga anaknya itu biaya bulanan sekolah Ibrahim yang paling besar. Sebab sang putra disekolahkan di sekolah swasta yang cukup terkenal dan berbiaya mahal.

Sementara kedua putri Weni bersekolah di sekolah swasta yang berbeda dari Ibrahim.

"Tidak ada potongan untuk uang bulanan. Saya bayar Rp1.250.000 sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Kalau kakak-kakaknya per bulannya Rp460 ribu," lanjutnya.

Weni menyebut, untuk Ibrahim, tak ada keluhan dari dia dan orangtua murid lainnya.

"Biasanya kalau masuk bulan puasa begini, ada biaya tambahan lagi, tetapi ini karena situasinya begini, biaya tambahan dihilangkan," ujarnya.

Sementara, untuk Salma dan Syakira, dia dan orangtua murid lainnya sempat minta dispensasi karena pelbagai hal.

"Tapi tidak dikabulkan, Akhirnya ya sudah, ikhlas saja. Karena yang saya dengar kalau swasta itu kan tidak seperti negeri. Mereka menggaji guru-gurunya dari salah satunya uang bulanan siswa," kata Weni.

Sudah banyak orang tua dan wali murid yang meminta agar sekolah-sekolah swasta memberikan keringanan pembayaran SPP selama pandemi Covid-19.

"Seharusnya sekolah memberikan keringanan SPP selama pandemi Covid-19 ini, baik berupa potongan ataupun penundaan pembayaran SPP," kata seorang wali murid, Evin, di Jakarta.

Evin mengatakan, anaknya bersekolah di salah satu SMA swasta di Jakarta. Setiap bulan, ia harus mengeluarkan biaya SPP sebesar Rp 500 ribu.

Selama pandemi Covid-19, Evin yang merupakan orang tua tunggal itu kesulitan untuk membayar SPP. Ia tidak bisa keluar rumah untuk mencari nafkah.

"Ini saja, sudah hampir satu bulan saya tidak bisa kerja," kata pekerja harian itu.

Menurut Evin, pembayaran penuh SPP itu tidak adil bagi wali murid, karena selama pandemi pembelajaran lebih banyak di rumah. Ia mengatakan, kini orang tua yang menjadi guru anak di rumah, sementara guru di sekolah hanya memberikan tugas saja.

Evin mengungkapkan, di kelas anaknya, baru dua siswa yang membayar SPP bulan April 2020. Hal itu menunjukkan perekonomian wali murid terganggu karena pandemi itu. "Mohon ada kebijaksanaan dari sekolah swasta selama pandemi Covid-19 ini," katanya.

Sementara itu Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengusulkan agar pembayaran SPP dapat dikurangi selama pandemi Covid-19. Hal ini mengingat sudah hampir dua bulan seluruh sekolah menerapkan sistem pendidikan jarak jauh akibat wabah tersebut.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved