Ngopi Pagi
FOKUS : Bintang Tujuh
Harap maklum jika banyak orang mengeluh ‘pusing’ atau ‘sakit kepala’ lantaran berlama-lama tinggal di rumah. Apalagi bagi mereka yang tak lagi memilik
Penulis: sujarwo | Editor: Catur waskito Edy
Oleh Sujarwo
Wartawan Tribun Jateng
Harap maklum jika banyak orang mengeluh ‘pusing’ atau ‘sakit kepala’ lantaran berlama-lama tinggal di rumah. Apalagi bagi mereka yang tak lagi memiliki penghasilan, di-PHK, tak bisa jualan atau karena sebab lain.
Tapi, jangan pula dianggap remeh jika sakit kepala beneran, bukan sebatas ungkapan kesal melakoni masa pandemi. Bisa jadi itu gejala terinfensi virus corona. Sebuah penelitian menunjukkan 8 persen pasien COVID-19 di Wuhan, Cina, menderita sakit kepala.
Dulu, bukan bermaksud iklan, orang biasa menyebut, "Kalau sakit kepala, minum puyer bintang tujuh.” Maksudnya Puyer No. 16 produksi PT Bintang Toedjoe. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1946 di Garut, Jabar oleh shinse Tan Jun She, Tjia Pu Tjien, dan Hioe On Tjan. Nama Bintang Toedjoe dipilih berdasarkan jumlah anak perempuan Tan, yakni 7 orang.
Mengapa Tan juga memakai kata bintang. Barangkali, sebagai harapan obatnya bakal manjur. Jika memang ia mangacu pada mitos kemunculan bintang tujuh sebagai pertanda berakhirnya masa pandemi. Kebalikan dari kemunculan bintang berekor, orang Jawa menyebutnya lintang kemukus, sebagai pertanda bakal terjadinya pagebluk.
Bicara tentang asa, belum lama ini warganet atau netizen sedang ramai membicarakan tentang kemuculan bintang tujuh yang lebih dikenal dengan sebutan Tsuraya. Tepatnya akhir April lalu, viral video yang menunjukkan cahaya kecil di pagi hari di berbagai media sosial. Cahaya kecil itu disebut-sebut sebagai bintang Tsuraya, serta diklaim sebagai pertanda bahwa wabah pandemi Covid-19 akan berakhir.
“Alhamdulillah. habis sudah sak wasanga manusia dengan adanya BUKTI. Bintang itu disaksikan byk orang." Begitu petikan komentar salah satu netizen.
Namun, astronom amatir Marufin Sudibyo menanggapi bahwa cahaya kecil yang beredar di foto dan video itu kemungkinan besar Mars.
Secara astronomis, jelasnya, bintang Tsuraya yang dikenal sebagai Pleiades atau Messier 45 (M45) itu masih berada di langit barat, tepatnya di bawah Venus "Pleiades akan berada di langit timur mulai pertengahan Juni mendatang, tatkala terbit lebih dulu ketimbang matahari," ujar dia, seperti dikutip Kompas.com, Senin (27/4/2020).
Tsuraya, jelasnya, juga dikenal sebagai Seven Virgin atau Tujuh Dara, karena secara kasat mata terdiri atas tujuh bintang yang saling berkumpul menjadi satu, tepat di sisi barat rasi bintang Taurus. "Alqurán menyebut bintang ini dalam satu suratnya yaitu surat an-Najm," tutur dia.
Tsuraya banyak dikaitkan dengan legenda-legenda manusia. Di Jawa, misalnya, bintang ini dikaitkan dengan legenda Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari yang turun dari langit. Jaka Tarub sendiri, dalam Babad Tanah Jawa, disebut sebagai tokoh yang menurunkan Raja-raja Jawa.
Tujuh sendiri memang bermakna baik. Dalam Islam, surah pertama dalam Alquran, yaitu Al-Fatihah mempunyai 7 ayat. Dalam kepercayaan agama Buddha, Sidharta Gautama yang baru lahir diyakini oleh pengikutnya langsung menapak 7 langkah. Dalam bahasa Jawa, tujuh berarti "pitu", yang biasa dimaknai sebegau angka "pitulungan" atau pertolongan.
Moga, Sang Pencipta Alam Semesta juga segera memberi pertolongan, pandemi corona segera berakhir, paling tidak bulan ketujuh (Juli). Mengingat astronim itu menyebut bintang tujuh berada di langit timur mulai pertengahan Juni mendatang. (*)