Berita Jateng
Koko Thole Bawakan Keroncong Asyik Anak Muda, Aplikasikan Formula Didi Kempot Sedihmu Tak Kendangi
Di tangan seniman Koko Thole, langgam keroncong digubah agar bisa digemari anak muda tanpa meninggalkan pakem yang telah dianut.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: Daniel Ari Purnomo
"Itu luar biasa," kata pria yang kesehariannya hidup di Depok sejak 1995 itu.
Ia bertekad untuk terus melestarikan keroncong dengan memperkenalkannya kepada anak muda.
Namun, dengan syarat: tidak merubah pola atau pakem dan harus dengan formula yang tepat.
Satu caranya bisa berkolaborasi atau featuring dengan penyanyi era milenial dan genre musik lain.
Hal itu yang ia pelajari dari kawan lamanya, penyanyi campursari almarhum Didi Kempot.
"Memang seharusnya seperti itu, adaptif dengan zaman, pasti ada kesempatan berkembang."
"Lagu-lagu bisa berisikan isu yang tepat seperti menceritakan patah hati."
"Formula tepat ditemukan Didi Kempot, wong loro ati dikendangi, dinyanyike (orang sakit hati dikendangi dan diberi lagu), akhirnya kan jadi patah hati yang indah," katanya.
Dengan formula yang tepat, lanjutnya, campursari Didi Kempot bisa dinikmati semus kalangan, tidak hanya Indonesia tapi seluruh dunia.
Menurutnya, pelestarian keroncong yang bisa dinikmati anak muda juga sukses dibawakan Congrock17.
Sehingga grup ini terus eksis hingga sekarang.
"Itu yang sedang kami perjuangkan mengubah keroncong lebih nge-beat namun tetap memakai pakem 28 bar, keroncong asli."
"Liriknya, mengangkat isu yang tidak terlalu klasik," ujarnya.
Di keroncong, kata Koko, bisa disusupi lirik berisikan tema cinta yang penuh percaya diri, penuh kepercayaan.
Seperti mengatakan 'kowe jodohku (kamu jodohku)'.